Surabaya, MercuryFM – Pergantian musim hujan menuju musim kemarau atau lebih sering dikenal sebagai pancaroba, seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman dan membuat orang mudah terserang penyakit. Salah satunya penyakit mata memerah.
Saat ini banyak para orang tua yang mengeluhkan putra-putrinya sakit mata tertular dari teman-temannya. Diakui oleh narasumber talkshow Rumah Sehat edisi Rabu (25/5/2022), dr. Rozalina Loebis, SpM (K), sakit mata yang dideritanya oleh anak-anak, tengah mewabah dalam dalam satu-dua bulan terakhir.
Dijelaskan oleh dokter Rozalina, sakit mata mempunyai banyak jenis. Berdasarkan pengamatannya, bahwa yang saat ini tengah mewabah terutama untuk daerah seperti di Sumatera, Jawa Barat hingga Jawa Tengah dan umumnya di Indonesia, dengan gejala belekan, berair dan sangat menular, adalah penyakit mata yang merupakan infeksi pada lapisan luar mata yang disebabkan karena virus atau bakteri.
“Wabah sakit mata ini ada siklusnya ya, biasanya dua tahun sekali merebak. Tapi harus ada deteksi dini, dalam artian, apabila mata teresa ngeres, seperti ada pasirnya, gatal, kemudian mengeluarkan kotoran yang lebih banyak dari biasanya, kemudian memerah. Menularnya memang cepat sekali, bukan melalui tatapan mata. Tetapi dari airborne (udara). Salah satu pencegahan anak harus meningkatkan daya tahan tubuhnya, salah satunya dengan makanan bergizi. Mengenai usia (penderita) yang saya temui dalam satu setengah bulan terakhir ini, bayi (usia) kurang dari enam bulan sudah ada yang tertular,” ujar dokter spesialis mata jebolan Unair ini.
“Istilah medisnya ini conjunctivitis atau dalam bahasa indonesianya adalah reaksi radang pada lapisan selaput bening permukaan mata bagian luar. Penyebabnya bisa karena bakteri, bisa karena virus. Tapi yang sedang merebak ini kebanyakannya disebabkan oleh virus. Kemudian juga bisa karena alergi. Cuman alergi ini tidak menular, tergantung pada alergen yang dia nggak tahan, tapi memang sifatnya lebih dominan pada rasa gatal, belekannya pun tidak kekuningan maupun kehijauan itu. Biasanya belekannya bening dan lengket,” sambung Rozalina.
Sebagai orang tua, dikatakan Rozalina, wajib untuk mencari tahu penyebab dan gejalanya dari keterangan dokter ahli terkait dan mesti tanggap dalam perawatan apabila si anak sedang tertular. Dijelaskannya ada beberapa penanganan yang harus dilakukan oleh orang tua sebagai tindakan awal.
“Membersihkan kotoran matanya (anak) secara rutin dengan kapas yang dibasahi dengan air matang. Dari arah sisi dalam mata ke arah luar (ekor mata) tapi melewati bulu matanya. Harus searah dan tidak boleh bolak-balik arahnya. Dan harus sekal pakai harus dibuang. Sembari meningkatkan daya tahan tubuh, munghkin dengan vitamin C dan imuno stimulan yang lain, lalu ya memang harus banyak istirahat. Pertolongan pertama ini dilakukan dalam 1×24 jam tidak ada tanda-tanda perbaikan, bahkan mungkin bengkak, mau tidak mau memang harus diperiksakan ke dokter,” ungkap dokter Roza yang berpraktik di RSU Dr. Soetomo dan Surabaya Eye Clinic ini.
Rozalina mengingatkan, apabila penyakit mata ini diabaikan, dikhawatirkan akan berkomplikasi dan menginfeksi kornea mata sebagai jendela penglihatan.
“Apabila ada infeksi di situ, maka selain menimbulkan gejala yang lebih parah, kita khawatirkan akibatnya. Biasanya kornea mata yang jernih itu menjadi keruh karena ada proses infeksi di situ. Kalau proses keruhnya itu tidak bisa kita kembalikan untuk jernih kembali dengan treatment, maka akan meninggalkan gangguan penglihatan yang permanen. Jadi itu yang harus kita waspadai,” tutur dia.
Saat sekolah dengan pembelajaran tatap muka (PTM) diberlakukan, dokter Roza menganjurkan, agar sekolah yang di dalamnya terdapat siswa yang sedang mengalami gejala awal penyakit mata tersebut, hendaknya memberi izin untuk diliburkan sementara waktu.
“Karena tidak ada kekebalan, maka kita harus cut penularannya. Sembari terus kita disiplinkan anak-anak dengan protokol kesehatan, cuci tangan pakai sabun harus terus dibudayakan dengan disiplin di sekolah dan di rumah, di mana pun,” papar Rozalina.
Ketika ditanyakan, apabila ada yang sudah tertular lantas mata ditutup perban, dokter Roza mengklarifikasi bahwa ketika conjuncitivitis menginfeksi, mata merah yang diperban justru akan menjadikan virus semakin berkembang biak.
“Tidak boleh kita lakukan bebat mata. Satu lagi saya ingatkan, apabila sudah mendapat tetes mata dari dokter, mata harus tetap dibersihkan kotorannya lebih dulu sebelum obat diteteskan ke mata. Ikuti petunjuk dokter mengenai intensitas pemberian tetes mata,” tegas dokter Rozalina Loebis.
Perlu diketahui Talkshow Rumah Sehat rutin hadir disiarkan langsung oleh 96FM Mercury Surabaya tiap Rabu, pukul 11-12 WIB. Talkshow ini terselenggara kerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Surabaya. (ron)