Surabaya, MercuryFM – Diskusi ‘Waspada, Batu Pada Saluran Kemih’ menjadi tajuk edukasi Bincang Sehat yang disajikan manajemen Siloam Hospitals Surabaya melalui platform Zoom yang diikuti lebih dari 60 viewer, Selasa (24/5/2022), di Surabaya.
Dalam edukasi tersebut, Dokter Spesialis Urologi, Dian Paramita Oktaviani Soetojo mengatakan, keberadaan batu pada saluran kemih oleh para penderita di Indonesia merupakan kasus atau keluhan terbanyak di bidang urologi.
“Umumnya kasus atau keluhan tersebut terjadi pada masyarakat berusia 30 hingga 50 tahun. Dan tidak menutup kemungkinan batu saluran kemih ini dapat terjadi pada anak-anak, remaja maupun orang tua,” jelasnya.
Secara pengetahuan umum medis, pada hakekatnya, batu pada saluran kemih adalah batu yang berada di saluran kemih baik itu di ginjal, ureter, kandung kemih maupun uretra (sistem saluran kemih manusia). Zat Garam dan mineral lain yang ‘menempel’, membentuk seperti batu ukuran kecil atau kerikil dan belum menimbulkan rasa sakit, ketika tetap atau masih berada di ginjal.
“Namun, apabila batu makin membesar akan menyebabkan nyeri yang amat sangat, bahkan dapat menghalangi aliran urin sehingga menimbulkan sumbatan di saluran kemih ureter,” ungkap dokter Dian Paramita, yang berpraktik tetap di Rumah Sakit Siloam Gubeng, Surabaya tersebut.
Faktor risiko dan penanganan batu ginjal
Faktor risiko batu ginjal disebabkan oleh adanya riwayat terkena batu sebelumnya, riwayat keturunan, obesitas, dan gangguan absorpsi di lambung, dan lain-lain. Faktor lainnya yang patut pula diwaspadai adalah seringnya mengalami dehidrasi (kurang minum), hingga faktor riwayat pola makan yang dinyatakan sebagai prediposisi, antara lain asupan kalsium, penggunaan garam yang tinggi, serta makan-makanan yang tinggi purin (seperti jeroan), dan minum minuman yang mengandung black tea dan soda.
Adapun tanda atau gejala penyakit ini antara lain yeri di pinggang ringan hingga berat, terkadang disertai mual dan muntah. Nyeri pada saat buang air kecil, urin berwarna keruh, coklat hingga kemerahan, bahkan volume buang air kecilnya dalam jumlah sedikit
“Penanganan awal dilakukan tes darah maupun tes urin, pemeriksaan radiologi seperti USG, rontgent perut, sampai CT scan urogenital (CT Stonografi). Lalu kemudian setelah batu terdeteksi, nantinya batu akan dilihat berdasarkan ukuran dan letak, sehingga batu bisa dikeluarkan sesegera mungkin, baik melalui obat-obatan, perubahan gaya hidup, maupun operasi. Tindakan yang dapat dilakukan, yaitu dengan operasi minimal invasive dengan alat khusus, batu akan dipecah menjadi pecahan ukuran kecil, dan dapat keluar sendiri bersama urin atau dibantu dikeluarkan dengan alat tersebut.
Selain dengan tindakan operasi, pemecahan batu juga dapat dilakukan dengan alat ESWL (Extracoporeal Shock Wave Lithotripsy), yaitu batu dipecah menggunakan gelombang khusus dari alat tersebut, dan pasien tidak perlu dilakukan pembiusan,” tutur dokter Dian Paramita Oktaviani Soetojo.
Adapun batu ginjal dengan ukuran kurang dari 5mm, diharapkan akan keluar dengan sendirinya. Pasien diharapkan dapat minum air putih 2,5 hingga 3 liter sehari, dan olahraga rutin. Atau mungkin dapat dibantu dengan obat, asalkan tidak ada penyumbatan atau penyempitan di sepanjang saluran kemih.
Di akhir sesi diskusi, Dian Paramita mengatakan, agar penderita memastikan diri kebutuhan cairan tercukupi, mengurangi konsumsi makanan yang mengandung oksalat (bayam, kacang, black tea), mengurangi asupan protein hewani, dan diet rendah garam. Dan yang terpenting adalah makan-makanan dengan gizi seimbang dan olahraga yang rutin dianjurkan dokter, dalam rangka mengurangi bahkan menghindari keluhan batu ginjal di saluran kemih. (lam)