Surabaya, MercuryFM- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Surabaya terus berjalan sedangkan variasi menu berganti setiap minggunya. Kondisi ini juga dialami SMAN 10 Surabaya yang mendapatkan pembagian MBG.
Pada minggu keempat sejak pelaksanaan, menu yang disajikan kepada siswa berbeda, kini tak pakai nasi ataupun susu. Melainkan ubi kuning sebagai sumber karbohidrat, odeng (fish cake) sebagai protein, satu potong tahu, dan empat buah rambutan.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 10 Surabaya, Vivit Putri, menjelaskan bahwa perubahan menu ini dilakukan agar siswa tidak merasa bosan dan tetap mendapatkan asupan gizi yang seimbang.
“Setiap minggu menu MBG mengalami variasi. Kadang karbohidrat diganti dengan spageti atau ubi, dan dalam satu minggu ada satu hari di mana ubi menjadi sumber karbohidrat utama,” ujar pada Senin (10/2/2025).
Selain itu, tidak setiap minggu siswa mendapatkan susu dalam menu MBG. Sebagai gantinya, protein hewani seperti tahu atau tempe disertakan dalam paket makanan.
“Satu minggu ada susu, minggu berikutnya tidak diberikan karena kebutuhan gizinya sudah terpenuhi, jadi diganti dengan tahu atau tempe,” tambahnya.
Meski mengalami perubahan, Vivit memastikan bahwa kebutuhan gizi siswa tetap diperhitungkan dengan baik.
“Untuk anak SMA, kebutuhan gizi yang dipenuhi oleh MBG berkisar antara 80 hingga 120 persen untuk lemak dan protein. Kandungan gizinya sudah ditentukan dan dihitung secara matang,” jelasnya.
Vivit juga mengungkapkan bahwa jika ada keluhan dari siswa terkait kualitas makanan, pihak katering siap menampung masukan tersebut dan berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional untuk melakukan penyesuaian menu.
“Misalnya, buah yang sudah dipotong seperti semangka bisa terasa masam jika disiapkan sejak malam. Karena itu, sekarang diganti dengan buah seperti rambutan yang lebih tahan lama,” terangnya.
Hingga kini, program MBG di SMAN 10 Surabaya telah memasuki minggu keempat sejak dimulai pada 13 Januari 2025 dan sebanyak 1.166 siswa yqng mendapatkan MBG setiap harinya.
Lebih lanjut Vivit menegaskan bahwa sebelum makanan diberikan kepada siswa, pihak sekolah terlebih dahulu melakukan uji coba rasa untuk memastikan kualitas makanan.
“Kami juga melakukan tes rasa untuk guru sebelum makanan diberikan kepada siswa, agar benar-benar layak dikonsumsi,” pungkasnya. (Lam)