Surabaya, MercuryFM- Anggota DPD RI Daerah Pemilhan (Dapil) Jatim Lia Istifhama mengajak masyarakat Jatim untuk kembali bersama sama, bergandengan tangan, menjaga Jatim agar tetap kondusif pasca Pelaksanaan Pilkada serentak di 38 Kota – Kab Jatim termasuk Pemiluhan Gubernur (Pilgub) Jatim.
“Kita harus akui bahwa Pilkada Serentak secara umum telah berjalan secara kondusif. Meski ada banyak PR besar bagi kita dalam keberlanjutan demokrasi negeri ini,” ujar ning Lia sapaan akrabnya saat berbicara ditalkshow Suara Dewan, Radio Mercury 96FM, Kamis (12/12/24) kemarin.
“Diantara yang utama adalah budaya pragmatisme yang masih sangat tumbuh subur. Namun yang utama, karena sudah pada fase end process, maka sekarang gerap cepat menjaga suistanabilitas pembangunan di era OTODA ini.” lanjutnya.
Politisi cantik yang meraih suara tertinggi nasional senator perempuan non petahana tersebut, menyampaikan banyak hal menarik dalam talk show itu Terkait Pilkada Serentak yang sudah berakhir. Salah satunya soal peta politik nasional tatkala ditanya terkait kemenangan Khofifah Emil.
“Sekarang kita bicara harmonisasi peta politik nasional. Apa yang sudah Ibu Khofifah bangun terkait Jatim to global, terus berjalan dan seiring dengan kebijakan pusat, sehingga semua sangat selarang, baik ke tingkat atas yaitu pusat sesama regional, maupun dengan daerah di Kabupaten Kota. Ini akan membentuk keadilan pembangunan, bukan hanya pemerataan. Jadi sesuai dengan sila kelima Pancasila,” jelasnya.
Terkait masih adanya paslon yang mengajukan gugata Pilkada ke MK, Ning Lia sapaan akrabnya pun menilai itu sebagai bagian dinamika politik.
“Memang semua kan bagian dari dinamika politik. Semua memiliki hak terkait proses politik, namun saya berharap kondusifitas ini tetap terjaga. Dan Alhamdulillah masyarakat, publik, tidak terbawa nuansa tensi panas politik. Tidak terlihat chauvinisme politik, semuanya normal.” ucapnya.
Ning Lia juga mengatakan masih banyak yang harus dilakukan bersama sama untuk menjadikan Jatim lebih baik kedepan setelah Pilakada.
“Karena memang banyak sekali persoalan yang harus kita hadapi bersama. Diantaranya kesehatan mental dan moral anak-anak generasi muda yang menjadi tanggung jawab kita semua, juga persoalan cuaca esktrem. Jadi banyak beban tanggung jawab kita untuk terus kita harus jalan bergerak menjadi khoirunnas anfauhum linnas dan kita lupakan segala hal yang kemanfaatannya tidak jelas.” urainya.
Dalam talkshow yang berlangsung cukup gayeng itu, Doktoral UINSA yang sebelumnya dikenal sebagai aktivis itu, mendapatkan banyak pertanyaan dari pendengar setia radio Mercury. Diantaranya seorang pendengar bernama Theo yang menyinggung terkait OTODA.
Menurut ning Lia, bicara OTODA termasuk potensi egosentris kedaerahan. Dimana yang namanya sebuah kebijakan, pasti tujuan positif.
“Namun apakah semua daerah sama kondisinya di lapangan? Tentu tidak, sehingga asas keadilan sangat utama, bukan sebatas pemerataan karena semua tidak bisa dinilai sama rata. Disinilah peran provinsi dalam discretionary power menetapkan kebijakan publik.” jelasnya.
Dalam talk show yang berlangsung satu jam itu, kecerian terbangun. Ning Lia banyak melontarkan pantun, diantaranya:
‘Beli daun bayam eh keliru daun pepaya
Jangan hanya diam jika kata katamu bisa jadi karya’
‘Di acara reuni ketemu mantan kekasih, mau ngajak selfi, apa gak bahaya
Di radio mercure kita asyik berdiskusi, temanya politik tapi alhamdulillah nuansa ceria’
‘Mantan kekasih tinggallah cerita
Sekian terimakasih dan jangan lupa bahagia’. (ari)