Surabaya, MercuryFM – Keputusan Surya Paloh dan Nasdem yang ingin menduetkan Anies dengan Cak Imin (Muhaimin Iskandar) dinilai oleh Pengamat yang juga Peneliti senior SSC Iksan Rosidi, gegabah dan perlu didalami. Pasalnya dari pengamatan berbagai lembaga survey, Muhaimin bukan tokoh yang diinginkan warga Jatim sebagai Cawapres.
Iksan menyebutkan apa yang dilakukan Surya Paloh dan Nasdem tidak lepas dari keyakinan bahwa Jawa Timur adalah episentrum politik nasional, sehingga tokoh-tokoh Jatim dinilai cukup menjanjikan untuk dicalonkan pada pilpres 2024.
“Pasti Surya Paloh memiliki perhitungan. Salah satunya adalah bahwa setiap pasangan Capres-Cawapres atau koalisi partai itu selalu menghitung Jawa Timur sebagai episentrum politik nasional,” ujarnya, Jumat (01/08/23).
“Jadi Jawa Timur dan tokoh-tokoh yang berasal dari Jawa Timur itu pasti menjadi salah satu pertimbangan utama bagi siapapun yang akan melakukan koalisi maupun membuat pasangan Capres-Cawapres,” lanjutnya.
Namun Menurut Iksan, keyakinan tersebut yang membuat Anis dan Surya Paloh menjatuhkan pilihan cak Imin, bukan pilihan yang tepat. Pasalnya sosok Cak Imin disebutnya bukanlah tokoh yang tepat yang dikehendaki masyarakat Jatim atau warga Nahdliyin.
“Pemikiran ini perlu diuji lagi, benarkah Cak Imin ini representasi dari NU. Karena belakangan setelah NU dibawah kepeimpinan Gus Yahyah, jelas menyatakan NU menjaga jarak yang sama dengan semua Partai. Dan psikologi grass road massa akar rumput NU juga tidak terlalu menganggap bahwa Cak Imin ini adalah representasi dari NU,” jelasnya.
Iksan lantas memaparkan hasil survey yang dilakukan lembaganya terkait minat masyarakat Jatim terhadap Muhaimin Iskandar.
“Cak Imin itu angkanya tidak terlalu tinggi dalam berbagai survey. Bahkan di dalam survey kami, Cak Imin tidak lebih dari 3,8% elektabilitasnya di Jawa Timur. Itu artinya masyarakat Jawa Timur yang notabene adalah masyarakat NU tidak terlalu menganggap bahwa Cak Imin ini adalah representasi dari NU.
“Jadi apa yang mungkin dilihat dari Surya Paloh dan Anis itu tidak terlalu benar kalau menganggap bahwa Cak Imin adalah representasi NU dan representasi Jawa Timur. Jadi, nanti kita uji bersama-sama,” katanya lagi.
Masih dari survey itu kata Iksan, justru kalau mau mengambil suara Jatim kata Iksan, AHY unggul jauh dibanding Muhaimin.
“Hasil survey kami barusan di Jawa Timur, AHY adalah Cawapres yang paling diinginkan masyarakat Jatim yang notabene banyak warga Nadliyin. Angka elektabikitsa AHY sebagai Cawapres angkanya 15,2 bandingkan dengan Cak Imin yang 3,8,” jelasnya.
“Artinya keputusan memilih Cak Imin memasangkan dengan Anies, derngan asumsi Cak Imin itu adalah representasi NU di Jawa Timur, saya rasa ini keputusan yang salah bila kita sambungkan dengan hasil survey terakhir kami, per Juli kemarin di Jawa Timur. Jika Surya Paloh memilih Cak Imin sebagai wapres itu berdasarkan pemikiran bahwa Cak Imin sebagai representasi Jawa Timur, itu saya kira terlalu gegabah dan beresiko tinggi,” lanjutnya mempertegas.
Dengan keputusan Anis semacam ini yang membuat Demokrat di khianati seperti pernyataan Sekjen Demokrat Teuku Riefky Harsya, Iksan menyarankan Demokrat segera menyusun langkah strategis yang baru, mitra koalisi yang baru, berpikir bagaimana mencari mitra kerjasama politik untuk Demokrat dan AHY ke depannya.
“AHY memiliki potensi yang bisa membantu capres yang akan di gandengnya. Sebagai anak muda yang memiliki polpularitas yang cukup baik, maka akan menjadi dayabtawar Demokrat. Yang ini juga karus dijadikan midal oleh Demojrat untuk menentukan koalisinya yang baru,” pungkasnya. (ari)