Politisi Golkar ini takjub desa Pancasila dan mengajak masyarakat saling menghormati perbedaan memasuki tahun politik saat ini

Bojonegoro, MercuryFM – Masyarakat di bawah ternyata bisa lebih memahami Pancasila dalam kehidupan bermasyarakatnya. Masyarakat bisa melihat sebuah perbedaan sebagai rahmat. Sehingga saling menghormati dan berdampingan meski dalam sebuah perbedaan keyakinan beragama.

Hal ini dikatakan angggota DPRD Jatim Freddy Purnomo saar mengelar reses II tahun 2023 DPRD Jatim, di desa Desa Leran, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Sabtu (15/07/23).

Anggota DPRD Jatim dari Daerah Pemilihan Bojonegoro-Tuban ini mengaku takjub dan kagum, ketika masuk di desa ini. Dimana sambutan tulisan desa Pancasila serta suasan desa dan masyarakatnya, menunjukkan bahwa mereka benar-benar memahami hakekat Pancasila, sehingga kerukunan dan kebersamaan tanpa ada perbedaan cukup kental tampak terjadi.

“Kesadaran masyarakat di pedesaan terhadap nilai-nilai luhur Pancasila sudah sangat tinggi. Disini warga hidup  berdampingan dan saling menjaga toleransi meski memiliki perbedaan keyakinan. Rumah ibadah (berdiri) berdampingan. Disini ada musholla dan dua gereja ini yang namanya keberagaman,” ujar Freddy Purnomo.

Ini bisa menjadi acuan bagi daerah lainnya bahwa perbedaan keyakinan itu bisa menjadi dasar untuk saling menghormati. Sebab, keyakinan ini merupakan bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Ini sudah jelas namanya Kampung Pancasila, warganya (Kalitidu, red) Pancasilais, suatu kebanggaan kami bisa hadir di sini. Dan ini sesuai dengan amanah Perda No 8 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Toleransi Kehidupan Bermasyarakat,” jelasnya.

Dalam kesempatan reses yang digelar ini, anggota Komisi A DPRD Jatim ini juga  mengingatkan masyarakat terkait tahun politik. Dirinya berpesan kepada masyarakat agar tidak menyikapi tahun politik dengan kaku. Menurutnya, boleh berbeda pandangan dan pilihan politik, namun tetap harus menjaga persatuan dan kesatuan.

“Perbedaan itu memang lazim terjadi. Undang-Undang Dasar (UUD) 45 Pasal 28 sudah jelas, berserikat, berkumpul berpendapat itu boleh. Tetapi pendapat, perbedaan itu tetap pada platform kenegaraan, platform NKRI, platform Negara dan Bangsa, platform Pancasila,” katanya.

Fredy mengatakan, sebagai kader Partai Golkar, tentu dirinya akan berusaha memenangkan partai yang identik dengan warna kuning tersebut. Akan tetapi, bicara dalam konteks demokrasi, perbedaan dalam pilihan itu harus bisa saling menghormati.

“Yang penting nanti pada saatnya jadwal kampanye, kita harus menjaga. Kan sudah diatur oleh KPU dan Bawaslu maupun aparat keamanan. Kita menyangkut visi misi, tentunya dalam rangka membangun nilai-nilai kebangsaan, baik dalam konteks ideologi Pancasila dan UUD 1945,” paparnya.

Karenanya pada masyarakat politisi senior Partai Golkar tersebut juga berharap kepada  agar tidak mudah terpancing dengan berita-berita hoaks. Sebab, dengan kemajuan teknologi sekarang, penyebaran informasi itu tidak mudah untuk dikontrol.

“Makanya tokoh-tokoh masyarakat harus bisa mengayomi. Saya sebagai anggota DPRD, sebagai pendidik dan orang tua nilai-nilai itu harus saya jaga. Nilai-nilai kebersamaan dalam demokrasi, dan itu sudah jelas diatur dalam UUD 45,” sebutnya.

“Saling menghormati itu penting. Komunikasi politik bukan berarti kita saling mempengaruhi, tetapi paling tidak bisa saling mengisi,” lanjutnya.

Fredy menambahkan bahwa membangun sebuah negara itu tidaklah mudah. Dan berdirinya Negara Indonesia ini telah melalui proses panjang. Karenanya, menjelang tahun politik ini jangan sampai masyarakat terpecah belah.

“Masak hanya sehari saja kita akan pemilihan presiden dan pemilu, kita harus gontok-gontokan. Akhirnya jadi ego, emosional, kita berantem, kan malu kita sebagai negara beradab, negara besar. Nah, itu yang harus kita jaga,” pungkasnya. (ari)

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement

Visual Radio

Add New Playlist