Surabaya, MercuryFM – Sempat ramai pencalonan presiden dan wakil presiden duet Ganjar Pranowo dan Yenny Wahid oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI), ketika ditanyakan hal itu lagi, Yenny Wahid yang bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh ini kembali menampik dan mengaku tidak pernah diberitahu sebelumnya oleh PSI.
“Saya nggak pernah dikasih tahu sama PSI. Mereka bikin pengumuman sendiri. Saya nggak tahu,” kilahnya sembari tersenyum.
Sebagai salah satu kader potensial Nahdlatul Ulama (NU), dirinya masih mengugemi politik kebangsaan yang selama ini dijalankan oleh NU sebagai ormas keagamaan.
“Intinya NU akan selalu memainkan politik kebangsaan. Dan politik praktis itu dilakukan oleh individu-individu, bukan oleh institusi. Nah tentu kita sama-sama tahu bahwa kader NU, para Nahdliyin yang berpotensial luar biasa banyaknya. Yang punya kapabilitas, punya kemampuan untuk berperan strategis di negara kita ini banyak,” ungkap Yenny ketika ditemui MercuryFM di arena Muktamar Internasional Fikih Peradaban I PBNU, di Shangri-La Hotel Surabaya, Senin (6/2/2023).
“Contoh paling gampang lah, Wapres dari NU itu nggak apa-apa. Tapi sebagai sebuah institusi, NU tidak melakukan peran politik praktis,” sambungnya.
Namun sebagai puteri Gus Dur yang juga mewarisi nilai-nilai ideologis sang ayahanda, tidak menutup kemungkinan Yenny akan membentuk partai politik baru untuk para kader politik ala Gus Dur.
“Kita akan pertimbangkan dulu. Nanti kita pertimbangkan. Tapi bahwa memang para kader Gus Dur, aspirasinya harus ditampung dan disalurkan aspirasi politiknya. Jadi saya akan pertimbangkan,” pungkasnya.
Perlu diketahui, para kader Gus Dur selain GusDurian yang lebih menekankan kepada nilai-nilai toleransi dan pluralisme dan dipandegani puteri sulung Gus Dur yakni Alissa Wahid, kader Gus Dur yang konsern di dunia politik kebangsaan dan demokrasi tergabung dalam ormas Barikade Gus Dur yang dikomandani Yenny Wahid. (ron)