Surabaya, MercuryFM – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menggelar pertemuan daring dengan para guru SD-SMP negeri dan swasta, di ruang kerja Kantor Balai Kota, pada Senin (6/2/2023).
Dalam pertemuan itu, Wali Kota Eri Cahyadi menegaskan, supaya para guru tidak melakukan penarikan uang kepada siswa kurang mampu. Baik itu penarikan uang untuk seragam, buku, dan sebagainya.
Eri Cahyadi juga tak ingin ada lagi guru yang tidak bersikap adil kepada murid-muridnya.
“Kalau dalam suatu mata pelajaran mereka (siswa) dapat buku A, ya harus semuanya buku A,” tegasnya.
Eri Cahyadi meminta sekolah lebih selektif, ketika memberikan bantuan kepada siswa tidak mampu. Seleksi siswa tidak mampu harus berdasarkan data warga miskin yang dimiliki oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
“Kalau ada orang yang mengatakan tidak mampu di luar data Pemkot, maka tolong sampaikan kepada Dinas Pendidikan (Dispendik) untuk dicek bersama Dinas Sosial (Dinsos). Agar tahu, orang yang meminta bantuan itu, kategori mampu atau tidak mampu,” imbuhnya.
Eri Cahyadi berpesan jangan sampai salah sasaran ketika membantu siswa.
“Karena data warga miskin dan pra miskin itu semua ada di Dinsos,” ujarnya.
Lebih lanjut Eri mengatakan, kalau ada sekolah swasta yang tidak berkenan menerima siswa tidak mampu, maka bisa menyerahkannya kepada Pemkot, kemudian ditampung di sekolah negeri.
Eri menegaskan, setiap sekolah wajib menerima 5 persen siswa tidak mampu, sesuai dengan peraturan undang-undang.
“Dikembalikan lagi, saya berharap Dispendik melakukan pengecekan lagi. Apakah sudah menerima kewajiban 5 persen tadi, kalau sudah dijalankan, kemudian dicarikan solusi untuk memberikan bantuan kepada siswa yang tidak mampu,” jelasnya.
Eri menekankan, kalau sudah dikatakan gratis untuk keluarga miskin, maka harus sesuai. Agar siswa tidak mampu itu mendapatkan hak-haknya seperti halnya siswa yang mampu.
“Jadi Pak Yusuf, saya minta tolong datanya dipastikan, nanti disampaikan kepada guru-guru. Ajarkan juga, siswa untuk peduli dengan sesama,” tegasnya.
Eri Cahyadi berharap, para guru bisa mengajarkan rasa welas asih (empati) kepada murid-muridnya. Tujuannya adalah, untuk meningkatkan rasa kepedulian dan gotong-royong terhadap sesama, untuk membantu siswa yang miskin.
“Guru sekolah lho itu yang ngomong, sampai hari ini beliau masih hidup. Beliau menasehati, beli 2 tas tapi jangan mahal-mahal berikan ke temanmu satu. Nah pertanyaannya, apakah ada guru saat ini yang seperti beliau?,” kata Eri menceritakan pengalamannya saat masih SMP.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh menyatakan, imbauan Wali Kota akan disampaikan kepada seluruh guru SD-SMP negeri maupun swasta. Yusuf memastikan, tidak ada lagi perbedaan laku antara siswa miskin dan non miskin.
“Kalau sekolah negeri kan otomatis sudah menggunakan anggaran. Nah, khusus yang swasta, kita hitung lagi berapa warga miskinnya per sekolah,” kata Yusuf.
Mengenai pungutan terhadap siswa, Yusuf memastikan, sekolah negeri dan swasta tidak akan ada lagi penarikan berupa apapun. Sesuai dengan amanat wali kota, para siswa harus dilakukan setara baik itu di negeri maupun swasta.
“Akan kami sampaikan ke sekolah negeri dan swasta, jangan sampai ada tarikan-tarikan (pungutan uang), dan memperlakukan siswa secara adil sesuai haknya,” Yusuf memastikan.
Yusuf menambahkan, dalam waktu dekat segera melakukan pengecekan ke lapangan untuk memastikan siswa yang layak dibantu.
“Mengantisipasi kalau ada yang mengaku-aku miskin. Jangan sampai, ternyata punya mobil, tapi ngaku miskin. Makanya nanti kami dibantu bersama Dinsos, kecamatan, dan kelurahan,” pungkasnya. (lam)