Bumil penting peroleh vaksinasi booster, perhatikan rambu-rambu merk vaksinnya

Surabaya, MercuryFM – Meningkatnya COVID-19 varian Omicron menjadi fenomena yang kembali meresahkan, khususnya untuk ibu yang menjalani kehamilan (bumil). Untuk mengantisipasi terinfeksi varian baru ini, ibu hamil direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin booster. Lantas perlukah ibu hamil mendapatkan vaksin booster dan adakah efek samping bagi kehamilannya?

Menjawab persoalan tersebut, 96FM Radio Mercury Surabaya bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Surabaya menghadirkan kembali talkshow interaktif Rumah Sehat Surabaya, yang biasanya muncul di setiap hari Rabu, pukul 11.00 hingga 12.00 WIB.

Dijelaskan dr. Melinda Febiani, M.Biomed, Sp.OG. dalam talkshow Rumah Sehat Surabaya yang bertajuk “Perlukah Vaksin Booster Bagi Ibu Hamil?”, pada Rabu (2/3/2022), di studio MercuryFM, dirinya tak tahu persis berapa jumlah saat ini bumil yang terpapar COVID-19. Namun yang memprihatinkannya, hampir setiap hari, dokter Melinda masih menemukan kasus ibu hamil sebagai pasien COVID-19 melalui konsultasi telemedicine yang diampunya.

Disampaikannya, rerata bumil yang ternyata terpapar COVID mengalami gejala yang sama seperti pasien Omicron lain.

“Memang tidak separah waktu varian Delta ya. Pada gelombang Omicron kali ini gejalanya rata-rata mild sampai moderate, gitu aja sih. Karena virus yang sudah mutasi ini cara nempelnya beda sama yang varian Delta kemarin. Kalau yang varian Omicron ini sukar nempel ke protein yang ada di paru-paru. Nah, dia itu lebih nempel di saluran nafas bagian atas, kayak di hidung, tenggorokan atau paling banter ya di bronchus. Makanya gejalanya cuma sekedar ya batuk, pilek, tenggorokan gatal,” ungkap dokter ahli kebidanan dan kandungan yang berpraktik di RS Gotong-Royong dan RSIA Kendangsari Merr-Surabaya ini.

Namun uniknya, diungkapkan dokter Melinda, sebesar 74 persen penderita COVID varian Omicron adalah yang telah lengkap dua kali mendapatkan vaksinasi. Karena itulah, dikatakannya, menjadi alasan akan pentingnya vaksinasi booster, termasuk kepada ibu hamil.

“Mengapa ibu hamil kita golongkan sebagai golongan rentan? Pada saat ibu hamil tanpa penyakit aja, pada trimester ketiga kehamilannya, jumlah sel darah putih hingga 12 ribu pun kita anggap normal lho. Karena memang ada proses yang namanya inflamasi atau peradangan di trimester akhir. Nah, sedangkan ibu hamil apabila kena COVID terutama pada trimester akhir, otomatis akan meningkatkan proses peradangan itu tadi,” papar dia kepada Yanti Lestary dan Ellen Pratiwi, Host dan Co-Host Rumah Sehat Surabaya.

“Kenapa sih ibu hamil diharuskan untuk divaksin? Karena untuk mencegah mengurangi terjadinya kelahiran bayi prematur, proses infeksinya meningkat, dan lain sebagainya. Saat ini untuk vaksinasi termasuk booster, usia kehamilan berapa pun, boleh. Literatur atau guidance misalnya Royal College dari Inggris, dan sebagainya, dari awal sudah kasih tahu, sejak hamil awal sudah boleh vaksin,” lanjut Melinda.

Akan tetapi yang perlu dicatat, kata dokter Melinda, khusus untuk ibu hamil, ada ketentuan dari jurnal ilmiah yang harus diperhatikan dalam pemberian vaksin, berdasarkan karakter masing-masing merk vaksin.

Gini, untuk ibu hamil yang sama sekali belum dapat vaksin, untuk dosis satu dan dosisi duanya itu kalua memang berdasarkan literatur, jurnal dari luar negeri memang mereka memilih dengan platformya (vaksin) yang menggunakan mRNA, dalam hal ini pilihannya adalah Pfizer dan Moderna. Tetapi juga boleh dengan menggunakan platform inactivated, dalam hal ini adalah Sinovac dan turunannya. Untuk vaksin booster sendiri, yang dipilih seharusnya adalah Moderna atau Pfizer,” ungkap Melinda.

“Sedangkan yang satu lagi, AstraZeneca ya untuk ibu hamil dosis pertama atau kedua sebaiknya jangan. Karena risiko untuk terjadinya trombo-emboli (pembekuan darah) itu tinggi. Tetapi apabila dosis pertama dan dosis kedua menggunakan Astra, apakah boleh dosis ketiga menggunakan Astra lagi? Berdasarkan penelitian, disampaikan boleh. Dengan asumsi bahwa tidak terjadi trombo-emboli pada dosis pertama dan kedua,” sambungnya.

Sementara mengenai ibu menyusui pasca melahirkan yang terpapar COVID-19, dijelaskan Melinda Febiani, otomatis perawatan terhadap bayinya harus terpisah.

“Untuk menyusui sendiri, itu sebenarnya diperbolehkan untuk menyusui langsung. Asal ibunya ya pakai masker dobel, pakai face shield, kemudian cuci tangan sebelumnya, dan lain sebagainya. Tapi kalau tidak bisa ya, terpaksa ASI-nya diperah dulu,” pungkas dokter jebolan Universitas Wijaya Kusuma-Surabaya dan Universitas Udayana-Bali ini. (ron)

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement

ADVERTISEMENT

Visual Radio

Add New Playlist