Covid-19: Serbuan Varian Delta (bersama IDI Surabaya)

Sahabat, Sejumlah negara di dunia kembali menerapkan lockdown akibat mengalami lonjakan jumlah kasus COVID-19. Dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut virus corona varian India atau varian Delta ditemukan di lebih 80 negara. Temuan varian Delta ini didapat dari database GISAID. Sebelumnya, WHO juga memasukkan varian virus corona Delta ini, dalam kategori variant of concern (VOC) yang lebih menular dari virus corona biasanya, meskipun menurut WHO masih harus dilakukan kajian lebih lanjut.

Dr.dr. Agung Dwi Wahyu Widodo, M.Si,. M.Ked.Klin, Sp.MK mengatakan, berdasarkan rilis dari WHO ada klasifikasi dari varian baru Covid-19, WHO mengelompokkan menjadi 2 kelompok besar pertama variant of concern (VOC), yaitu Alpha atau varian UK, Beta atau varian Afrika Selatan, Gamma atau varian Brasil dan Delta atau varian India. Dan variant of concern (VOC) ini yang menyebabkan kenaikan kasus, termasuk juga Indonesia. Dan ada juga Variants of Interest ini diantaranya ada Epsilon , Zeta , Eta , Theta , Iota , Kappa. Nah yang terbaru pada 14 juni 2021 WHO mengumumkan, Variants of Interest baru yaitu lambda.

dr. Agung menjelaskan, bahwa variant of concern (VOC) banyak menyebar di berbagai negara bahkan bisa dikatakan ke seluruh negara di dunia, seperti Alpha sudah menyebar di 164 negara, Beta sudah menyebar di 115 negara, Gamma menyebar di 68 negara dan Delta sudah menyebar di 80 negara, hingga saat ini.

Dan terkait varian Delta yang menyebar juga di beberapa wilayah di indonesia, dr. Agung mengatakan, kalau bicara mutasi yang terjadi pada varian Delta ini, menurut para ilmuwan mutasi ini memiliki double mutan, atau double titik pada protein spike yang mengalami perubahan, salah satunya adalah seperti E484K atau “Eek”, dan mutasi ini sama dengan varian Beta dan Gamma tapi pada protein spike yang mengalami perubahan itu, bukan menghasilkan K tapi pada varian Delta berubah menjadi Q. Sehingga mutasi pada titik E484Q ini di tengarai bisa menghindar dari antibodi, maupun terapi antibodi (plasmakonvalesen), bahkan menurut para ilmuwan bisa juga menghindar dari antibodi yang dihasilkan vaksin, tapi informasi terkait sinovac pada varian Delta ini WHO belum merilis, WHO hanya merilis informasi terkait varian Alpha, Beta, Gamma. Sedangkan Astrazeneca dan Pfizer, pada varian Delta ini menurut WHO memang mengalami penurunan efikasi. Dan yang harus juga diketahui masih lebih baik divaksin daripada tidak sama sekali, karena tubuh kita paling tidak sudah memiliki antibodi, tapi tetap meskipun sudah divaksin protokol kesehatan wajib diterapkan.

dr. Agung menambahkan, varian Delta ini tidak hanya diwaspadai pada usia lanjut, tapi untuk semua usia, baik anak-anak, remaja, dan dewasa. Di negara Inggris melaporkan anak-anak sudah terkena varian Delta ini, begitu juga laporan di beberapa negara seperti Amerika, skotlandia, sehingga ini harusnya membuat kita lebih waspada. Penerapan protokol kesehatan 3M maupun 5M, pemberlakuan protokol pembatasan karena itu untuk memutus rantai penularan dan penerapan WFH pun juga harus menjadi pertimbangan sesuai dengan prioritas zonasi. Dan yang menjadi catatan untuk kita semua sebagai masyarakat adalah menjaga jarak meskipun sudah menggunakan masker, selain itu penggunaan maskerpun juga harus diperhatikan, menutup hidung dan mulut, sebisa mungkin juga untuk menerapkan perilaku hidup bersih sehat, menjaga asupan, menjaga kondisi imunitas tubuh, dan berolah raga. Stay Safe, Stay Healthy, Be Happy.(Yn) Selengkapnya hanya di podcast Rumah Sehat Surabaya

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement

Visual Radio

Add New Playlist