Surabaya, MercuryFM – Kasus kekerasan seksual yang dilakukan bapak asuh ke anak asuhnya, menjadi pemantik untuk mempertanyakan, apakah Surabaya masih layak menyandang predikat sebagai kota layak anak dan ramah anak.
Anggota Komisi D DPRD Surabaya Imam Syafi’i mengatakan, kasus kekerasan seksual bapak asuh ke anak asuh yang terjadi di shelter Jl. Bharata Jaya, bukan tidak mungkin merupakan bukan kejadian terakhir kalinya di Surabaya.
“Ini seperti gunung es. Kasus ini bakal tidak terungkap kalau istri tersangka tidak melaporkan, Karena melihat perilaku menyimpang suaminya,” jelasnya.
Lebih lanjut legislator dari Partai Nasdem ini mengatakan, kasus kekerasan terhadap anak tidak sekali atau dua kali terjadi. Tapi beberapa kali terjadi. Termasuk kasus bullying terhadap anak, yang membuat anak tidak merasa aman dan nyaman.
“Biar waktu yang berbicara. Kalau pemerintah kota Surabaya bisa membuktikan. Kalau pemkot bisa membuktikan sebagai kota layak anak dan nyaman, anak maka predikat itu layak disandang. Tapi kalau kerap terjadi kasus kekerasan kepada anak maka predikat itu layak untuk dievaluasi,” tegasnya.
Lebih lanjut Imam Syafi’i menjelaskan, selama ini pemkot suka berburu penghargaan atau predikat.
“Kalau ada event penghargaan atau predikat, semua di buat bagus. Tapi faktanya masih banyak kejadian-kejadian yang itu menyebabkan anak-anak tidak merasa aman dan nyaman,” jelasnya.
Imam juga meminta supaya Aparatur pemkot Surabaya benar-benar turun kebawah untuk mengantisipasi kasus-kasus kekerasan seksual terhadap anak.
“Operasi yustisi ini tidak menjangkau kawasan pemukiman mewah karena keberatan pihak penghuni. Padahal pemukiman seperti ini patut dicurigai. Karena jangan-jangan tempat itu dipakai untuk kegiatan tindak pidana khususnya kekerasan seksual ke anak,” imbuhnya.
Padahal menurut Imam Syafi’i bisa jadi rumah mewah disewa oleh para predator anak untuk melakukan kejahatan seksual ke anak.
“Dengan iming-iming dijadikan anak asuh. Dibiayai kebutuhan sekolahnya dan kebutuhan hidupnya,” jelasnya.
“Operasi yustisi jangan hanya dilakukan kepada masyarakat kecil dari daerah yang mau ke Surabaya untuk mencari pekerjaan,” pungkasnya.(Lam)