Dewangga Kasyafa Prestian, Juara Pangeran Lingkungan Hidup 2024: Mengubah Sampah Organik Jadi Peluang Ekonomi

Surabaya, MercuryFM – Dewangga Kasyafa Prestian, siswa kelas 4 SD Al Hikmah Surabaya yang baru berusia 9 tahun, mencatatkan prestasi luar biasa di bidang lingkungan hidup. Anak kedua dari pasangan Dodyk Prestian dan Dia Sofiarini ini berhasil meraih Juara 4 Pangeran Lingkungan Hidup 2024 dan dua penghargaan lain atas proyek inovatifnya, #maggotBSFbyDW. Proyek ini mengolah sampah organik dengan menggunakan maggot Black Soldier Fly (BSF), yang tak hanya membantu mengurai sampah tetapi juga menghasilkan produk bernilai ekonomi.

Dewangga memulai proyek ini bersama ayahnya dengan sederhana: menggunakan maggot untuk memberi makan burung peliharaan. Namun, seiring waktu, hasil maggot yang melimpah membuka peluang lebih besar. Maggot yang dihasilkan kini digunakan untuk pakan ikan lele dan ayam kampung. Bahkan, hasil ternaknya telah dipanen dan dijual ke pasar, menciptakan siklus usaha yang berkelanjutan.

“Awalnya, saya ingin membantu mengurangi sampah organik yang menumpuk di lingkungan. Ternyata, maggot ini sangat bermanfaat, bukan hanya untuk lingkungan, tapi juga bisa menjadi peluang usaha,” ujar Dewangga saat ditemui di kandang maggotnya, Kamis (26/12/2024).

Hingga 22 Desember 2024, Dewangga mencatatkan berbagai pencapaian luar biasa:

• Sampah organik yang diolah: 34.142 kg (34 ton 142 kg)

• Produksi maggot: 3.200 kg

• Hasil sampingan kasgot: 550 kg

• Sosialisasi: 16.529 orang

• Pendapatan usaha: Rp 14.523.000,-

• Jaringan mitra: 3 kampung, 1 sekolah, dan 1 pasar

Dewangga juga menjadi media darling dengan proyeknya yang menarik perhatian 17 media massa cetak dan elektronik. Ia dinobatkan sebagai Juara 1 Ekspos Media Massa berkat keberhasilannya menginspirasi masyarakat luas melalui pemberitaan. Dan tidak berhenti sampai disini, Dewangga juga berhasil menyabet Juara 1 Penghargaan Kategori Pengolahan sampah Organik.

Tak hanya maggot, Dewangga kini mengembangkan DW’s Farm, sebuah peternakan ayam kampung yang dikelolanya secara mandiri. Saat ini, DW’s Farm memiliki 30 indukan ayam dan 100 anak ayam. Ayam-ayam ini dijual di pasar Wonokromo dengan harga Rp 50 ribu per ekor. Sebagian telur juga ditetaskan menggunakan mesin tetas selama 21 hari. Selanjutnya selama seminggu ayam yang sudah menetas, melakukan penyesuaian dan bisa untuk dilepas atau dipindahkan dari mesin tetas.

Dewangga menjelaskan bahwa maggot BSF yang digunakan sebagai pakan ternak memiliki manfaat besar. “Ayam yang diberi makan maggot lebih cepat tumbuh, sehat, gemuk, dan gampang bertelur,” katanya.

DW’s Farm bahkan mempersiapkan stok ayam untuk menghadapi bulan Ramadan dan Lebaran mendatang. Pada penjualan kloter pertama, seluruh ayam telah habis terjual. Uang hasil penjualan ini digunakan untuk membeli anak ayam baru dan mengembangkan usaha lebih lanjut.

Ketika ditanya mengenai rencana jangka panjang, Dewangga dengan penuh semangat mengungkapkan keinginannya untuk terus memperbesar usaha peternakannya. Namun, saat ditanya apakah ia ingin membuka rumah makan khas ayam kampung, Dewangga tersenyum dan menjawab, “Belum kepikiran, tapi mungkin nanti.”

Di usianya yang masih sangat muda, Dewangga telah menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan dapat diubah menjadi peluang usaha yang bermanfaat. Dengan semangatnya, ia tak hanya menginspirasi teman-teman sebayanya, tetapi juga masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah organik.

“Urai sampah organik, ingat maggot BSF by DW.” Itulah slogan yang terus disampaikan Dewangga dalam setiap sosialisasinya. Dengan proyeknya, Dewangga membuktikan bahwa anak-anak juga bisa menjadi agen perubahan untuk masa depan yang lebih hijau.(dan)

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement

Visual Radio

Add New Playlist