Kediri,MercuryFM – Meskipun era teknologi terus berkembang pesat, Balai Latihan Kerja (BLK) Kediri masih menghadapi tantangan dalam memperbarui peralatan mereka. Para peserta pelatihan di balai tersebut mengeluhkan penggunaan mesin-mesin yang dianggap usang dan tidak efisien.
Hal itu diungkapkan Kepala UPT BPK Kediri, Wahyu Suryo dihadapan rombongan Komisi E DPRD Jatim saat melakukan kunjungan kerja, Selasa (23/04/24). Menurut dia, beberapa peserta pelatihan menyatakan bahwa mesin-mesin yang digunakan sering mengalami kerusakan dan tidak mendukung pembelajaran yang optimal.
“Ini yang menimbulkan kekhawatiran tentang kualitas pelatihan yang diberikan oleh balai kami,” ungkapnya.
Wahyu berkomitmen untuk terus menyelenggarakan pelatihan kerja untuk bisa menghasilkan tenaga kerja siap pakai di dunia kerja. Sisi lain, BLK Kediri, kata dia, terus bekerja sama dengan Pemda untuk memenuhi kebutuhan pasar.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada Komisi E atas perhatian dan dukungannya kepada BLK kediri. Dengan kunjungan ini dapat lebih memahami kondisi dan kebutuhan kami agar bermanfaat memberikan kemajuan di BLK Kediri,” ungkapnya.
Diakui Wahyu, peralatan di BLK Kediri belum ada peremajaan sejak tahun 2014 silam.
“Meski demikian, kami terus berusaha agar bisa mengikuti perkembangan teknologi,” imbuhnya.
Pihaknya mengakui bahwa keterbatasan anggaran menjadi faktor utama yang menghambat pembaruan peralatan. Namun, ia berkomitmen untuk mencari solusi agar pelatihan yang diselenggarakan tetap relevan dengan kebutuhan industri saat ini.
Semenntara itu menanggapi hal itu, Ketua Komisi E DPRD Jatim Wara Sundari Renny Pramana juga mendukung adanya upaya pembaharuan peralaan di BLK termasuk perbaikan dalam kurikulum dan pendekatan pelatihan.
Apalagi lanjut Bunda Renny sapaan akrabnya, dalam menghadapi revolusi industri 4.0, balai latihan kerja perlu memastikan bahwa peserta pelatihan dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang semakin kompleks.
“Kita akui tidak semua bisa update peralatan di BLK Kediri. Tetapi, setidaknya kita combine ada yang modern dan ada yang minimalis. Karena proses di BLK ini proses belajar, bukan proses menghasilkan,” ujarnya.
Dirinya berpendapat bahwa pembaruan peralatan tidak selalu merupakan solusi terbaik, terutama jika peralatan yang sudah ada masih dapat digunakan dengan baik.
Menurut bunda Renny, yang paling penting mempertimbangkan efisiensi penggunaan sumber daya dalam pengadaan peralatan baru.
“Jika peralatan yang sudah ada masih dapat mendukung kegiatan pelatihan dengan baik, maka penggantian peralatan baru tidaklah diperlukan,” katanya.
Bendahara DPD PDI-P jatim ini juga menekankan pentingnya pada pembaruan kurikulum dan peningkatan kualitas pelatihan, daripada hanya memperhatikan aspek peralatan fisik.
“Pembaruan kurikulum dan pendekatan pelatihan dapat memberikan dampak yang lebih signifikan dalam meningkatkan keterampilan peserta pelatihan,” jelasnya.
Dalam kunjungan tersebut, Renny juga menyoroti urgensi untuk memastikan bahwa pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK Kediri tetap relevan dengan kebutuhan pasar kerja saat ini.
“Ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah daerah, dunia industri, dan lembaga pelatihan untuk memastikan bahwa keterampilan yang diajarkan sesuai dengan permintaan industri,” bebernya.
Pada kesempatan sama, Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim yang juga politisi PKS, Artono menegaskan bahwa komisinya siap mengawal, dan akan melakukan hearing dengan dinas mitra kerjanya.
“Komisi E akan mendukung apa yang menjadi kebutuhan di BLK Kediri,” ujarnya. (ari)