Magelang, MercuryFM – Sampai dengan triwulan III/2023, Bank Indonesia mencatatkan perekonomian di Jawa Timur pada masih sesuai target meski melambat, tapi hal itu tidak berpengaruh signifikan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Doddy Zulverdi mengatakan perekonomian global sedang melambat, tapi ada divergensi terutama negara-negara maju. Eropa dan Jepang relatif bagus. Respon kebijakan tidak selalu sama. Amerika melambat tapi respon domestik tinggi sehingga upah juga tinggi.
Diakui Doddy kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian membuat kondisi perekonomian di Indonesia ikut terkoreksi. Jawa Timur menjadi salah satu indikator perekonomian nasional. Di triwulan III/2023, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 4,86 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa yang berada di angka 5,83 persen.
“Ekonomi Jawa masih melemah jika dibandingkan tahun lalu triwulan III, yakni 4,83 persen. Tapi ini masih dikatakan baik.Angka tersebut ditopang oleh faktor rumah tangga, lapangan usaha, industri pengolahan dan pertanian yang positif, disertai kualitas kredit yang baik,” jelas Doddy, Jumat (17/11/2023).
Survei konsumen menyebut, di Jatim trennya menguat. Data per Agustus-Oktober terjadi peningkatan, untuk Agustus 131,02 persen, September 131,13 dan Oktober 139,06. Hal ini karena di-support dengan berbagai kebijakan dari BI.
“Seperti diketahui pertumbuhan perekonomian di Jawa itu jadi indikator nasional. Kalau di Jawa anjlok, jelas berdampak ke nasional. Karena kontribusi Jawa itu 60 persen terhadap perekonomian nasional. Nah, dari seluruh daerah di Jawa, Jawa Timur menjadi satu yang penting,” paparnya.
BI Jatim pun berupaya mengimbangi dengan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendongkrak ekonomi domestik kedepan semakin baik. Diketahui saat ini dampaknya yakni kenaikan suku bunga di domestik serta nilai tukar rupiah yang tertekan.
“Alhamdulillah ekonomi domestik kita masih baik, ya. Mengapa? Ekonomi kita baik dibanding negara lain karena konsumsi rumah tangga dan investasi,” jelasnya.
Pertumbuhan itu ditopang masih tingginya konsumsi rumah tangga. Juga sektor pengolahan, pertanian membuat perekonomian mencapai level pertumbuhan tinggi.
Untuk inflasi, Doddy mengatakan per Oktober 2023 ini berada di angka 3,25 persen. Memang angkanya lebih tinggi dari inflasi nasional namun masih seauai track yakni 3 persen plus minus 1 persen.
“Inflasi itu karena kenaikan harga beras dan beberapa kenaikan komoditas pangan lain.
Namun yang membanggakan pertumbuhan kredit korporasi dan rumah tangga masih meningkat. Pertumbuhan di triwulan III ini sebesar 8,17 persen lebih tinggi dari triwulan II yang berada di angkab7?2 persen. Dan non performing loan atau kredit macetnya lebih terkendali dibandingkan triwulan kedua,” jelasnya.
Dijelaskan bahwa Indonesia dampaknya relatif terbatas lantaran tekanan pelemahan rupiah. Tercatat pada Desember 2022 melemah 1,03 persen. Sementata di negara lain mencapai 33 persen. Doddy tak memungkiri bahwa kondisi ini tak bisa dihindari akibat dampak global. Namun jika dibanding negara lain, Indonesia masih lebih baik. (dan)