Gresik, MercuryFM – Musim kemarau yang panjang ini berdampak pada sektor pertanian yang ada di Kabupaten Gresik dan Lamongan. Saat ini petani di kabupaten Gresik dan Lamongan kesulitan menanam padi akibat kekeringan dan musim hujan yang terlambat datang.
Anggota DPRD Jawa Timur dari Daerah Pemilihan (Dapil) Gresik-Lamongan Samwil, meminta agar Pemprov Jawa Timur diminta untuk segera bantu petani agar jadwal tanam yang biasanya terjadi pada bulan Desember tidak terganggu.
Menurutnya, akibat musim kemarau berkepanjangan, tanah di kedua wilayah itu menjadi liat dan sulit ditanami.
“Para petani sibuk mencari strategi apa pasca kekeringan, karena tanah gak bisa langsung ditanami,” ujarnya, Selasa (07/11/23).
Anggota Fraksi Demokrat DPRD Jatim itu meminta agar Pemprov memperbanyak bantuan sumur bor. Sehingga, petani tidak mengandalkan musim penghujan, dan tetap bisa menanam tepat waktu mengandalkan air tanah.
‘Harus ada solusi, misalkan dengan bantuan sumur bor,” ungkapnya.
Samwil juga menyesalkan, para petani tidak mendapatkan informasi yang utuh tentang adanya El Nino yang terjadi, yang berimbas pada kondisi alam saat ini. Sehingga, mereka kesulitan melakukan persiapan tanam, karena musim kemarau datang lebih lama dari yang diperkirakan.
Sanwil berharap agar para penyuluh pertanian lebih aktif membantu petani. Selain itu, penyediaan pupuk subisidi juga harus ditambah, agar pola tanam petani tidak terganggu.
“Kesulitan memberikan pemahaman ke petani karena penyuluh pertanian kerjanya saja tidak jelas dan mestinya penyuluh ditambah lagi yang kompeten di bidangnya,” jelasnya.
Sementara itu, menurut Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi, Serikat Petani Indonesia atau SPI, Mohammad Qomarunnajmi, mengatakan petani mulai kesulitan menanam padi sejak Juli.
Hal itu terutama pada sawah tadah hujan. Mereka masih menunda masa tanam akibat kekeringan.
Namun demikian, sawah yang menggunakan irigasi teknis masih bisa melakukan penanaman. Namun, sebagian dari mereka mengalihkan lahannya dari padi menjadi palawija yang relatif membutuhkan air lebih sedikit.
“Sementara itu, petani yang sedang dalam masa panen dilaporkan mengalami penurunan produksi hingga 5%,” jelasnya. (ari)