Banyak muncul hasil lembaga survey jelang Pemilu 2024, Ketua PWI Jatim ajak wartawan selektif muat berita hasil survey

Surabaya,MercuryFM – Kalangan media massa hendaknya mencermati survei politik yang hasilnya banyak berbeda – beda  antara satu survei dengan hasil survei lainnya. Terkadang perbedaan angkanya sangat mencolok, sehingga secara umum terbangun kesan bahwa akurasi survei politik jauh dari fakta dan presisi data secara ideal.

“Capres X, misalnya, hasil surveinya oleh lembaga tertentu angkanya sangat tinggi. Tapi oleh lembaga survei nlainnya hasilnya jauh di bawah. Ini bisa menimbulkan kegaduhan di ruang publik dan berpotensi kerawanan keamanan,” ujar Lutfil Hakim Ketua PWI Jatim menyikapi semakin banyaknya hasil survey beberapa lembaga yang saat ini banyak bermunculan mendekati Pemilu tahun 2024, Jumat (20/10/23).

Dengan kondisi itu PWI Jatim kata Lutfil, pihaknya meminta kepada rekan rekan wartawan untuk lebih selektif memuat hasil survei dengan tetap mengedepankan prinsip – prinsip jurnalistik secara kaffah

“Bukan asal muat rilis hasil survei. Tapi wajib dilakukan cek & ricek, memastikan bahwa lembaga pelaksana survei benar – benar bekerja secara independen. Bukan pesanan untuk pemenangan salah satu capres. Pers wajib netral, cover-both side, profesional dan proporsional,” tegasnya.

Pers nasional, lanjut Lutfil, memiliki tanggungjawab moral untuk suksesnya pelaksanaan Pesta Demokrasi 2024 dengan harapan bisa melahirkan kepemimpinan nasional yang berkualitas. 

Fungsi pers yang harus dikedepanlkan memasuki tahun politik menuju Pemilu 2024, yakni fungsi kontrol (watchdog). Ini dilakukan agar semua proses pemilu berjalan secara benar dan baik.

“Pers wajib melakukan kontrol melalui berita, opini, atau laporan indepth  terhadap proses pemilu, baik atas kerja KPU, Bawaslu, maupun terhadap peserta pemilu, serta memberikan edukasi cerdas kepada publik,” jelasnya.

“Pers bertanggungjawab agar pemilu  terlaksana secara demokratis, luber, jurdil dan terbebas dari kecurangan kepentingan para pihak,” lanjutnya.

Lutfil juga berpesan agar pers nasional bisa menjaga ‘Pagar Api’ (fire-wall) yakni membedakan secara profesional dan proporsional antara konten berita dan konten promosi politik. 

“Pada konten berita terdapat hak publik untuk mendapatkan info yang benar dan jujur terkait pemilu. Jangan hanya karena mendapat iklan lantas pers menjadi tendensius dan tidak proporsional, itu jelas – jelas melanggar Kode Etik Jurnalistiki dan UU Pers, serta menabrak UU Pemilu,” pungkasnya. (ari)

 

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement

Visual Radio

Add New Playlist