Surabaya, MercuryFM – Munculnya potensi bencana Tsunami di kawasan selatan Jatim khususnya di Kabupaten Trenggalek, seperti data yang disampaikan BPBD Trenggalek, perlu disikapi dengan kesiapsiagaan bencana.
Hal ini dikatakan anggota Komisi E DPRD Jatim, Kodrat Sunyoto, setelah melakukan kunjungan kerja Komisi E DPRD Jatim ke BPBD Kabupaten Trenggalek beberapa hari lalu. Menurut Kodrat, dari data yang disampaikan BPBD Trenggalek ini, maka sudah seharusnya kesiapsiagaan ditingkatkan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, khususnya di Kabupaten Trenggalek.
“Belum lagi kasus bencana lain yang juga menjadi langganan di Trenggalek. Seperti kekeringan saat ini, banjir yang menjadi ancaman ketika musim hujan,” ujarnya. “Kami menekankan untuk memaksimalkan program mitigasi bencana, harus tau pemetaan potensi bencana yang pas. Sehingga penanganan antisipasinya tepat sasaran,” lanjutnya, Kamis (12/10/23).
Politisi Partai Golkar ini juga mengkritisi sering terlambatnya bantuan untuk korban bencana. Kondisi ini, karena lemahnya koordinasi dalam penanganan bencana. “Ini yang kita sayangkan, menyampaikan tanggap darurat bencana, masak bantuan untuk korban bencana sering terlambat dan tidak sigap. Saya minta BPBD melakukan kesiap siagaan penuh,” tegas Kodrat.
“Belum lagi soal honor relawan yang saya dengar juga cukup minim 100 ribu per relawan. Ini khan ironis. Kita ngomong sigap bencana tapi tenaga relawan minim anggaran. Padahal relawan tanggap bencana memiliki kontribusi besar terhadap penananganan bencana,” lanjutnya.
Dalam kesempatan ini, pria yang akan maju lagi sebagai anggota DPRD Jatim di Daerah Pemilihan (Dapil) Gresik-Lamongan ini juga mendorong Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) pada semua satuan pendidikan SMA dan SMK serta SLB di Jawa Timur, yang semua total berjumlah 4.057 lembaga pendidikan.
Ini dilakukan, agar potensi bencana bisa dilakukan antisipasi dengan baik, sehingga lembaga pendidikan khususnya SMA/SMK dan SLB yang dikelola Pemprov, siap bila terjadi bencana. “Pemprov Jatim melalui BPBD haruslah semakin meningkatkan sinergi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota agar dibentuk juga SPAB pada satuan pendidikan tingkat PAUD, tingkat SD, dan SMP,” ucapnya.
“Tentunya ini juga akan lebih maksimal jika mitigasi bencana masuk ke dalam kurikulum sekolah maupun kedalam kegiatan ekstrakurikuler,” lanjutnya berharap. Dari data BPBD Jatim, Jatim memiliki potensi besar terhadap bencana setiap tahunnya. Pada tahun 2021 tercatat ada sebanyak 310 bencana dan tahun 2022 turun menjadi sebanyak 244 bencana.
Jenis bencana terbanyak adalah Banjir, Angin Kencang, Tanah Longsor, Angin Puting Beliung, dan banjir Bandang. (ari)