Granostic Medical Center lakukan kerja sama dengan Pain Point Management, atasi berbagai Keluhan Nyeri

Surabaya, MercuryFM – Granostic mulai beroperasi sebagai laboratorium klinik yang kebanyakan melayani rekanan dokter dan rumah sakit di Surabaya sejak 2007 dengan nama Granostic Diagnostic Center. Namun saat ini lansekap pelayanan telah berubah.

Terjadi pergeseran orientasi dari hospitals atau dokter sentrik menjadi pasien sentrik. Fokus yang dulu utamanya pada dokter dan rumah sakit sekarang fokus pada pasien.

Pada tahun 2021 terjadi perubahan pemegang saham di PT Persada Medika Utama sebagai founding dari Granostic. Hal ini turut disertai dengan perubahan manajemen dan masuknya Kortex pada tahun yang sama.

Kortex memotori perubahan pada sistem pelayanan kesehatan Indonesia bekerja sama dengan Persada Capital dan PT Sentra sehingga mengubah visi, strategi dan konsep layanan Granostic.

Saat ini Granostic memiliki visi, cara dan strategi baru untuk memberikan layanan kepada masyarakat.

Perubahan yang dilakukan adalah fokus pada pasien dengan fokus menjadi mitra pasien dalam kebutuhan laboratorium secara mudah.

Konsen connective care antara rumah dengan klinik ini disebut menjadi tren ke depan. Konsep home care tersebut sudah diluncurkan sejak awal dan saat ini sudah mendominasi pasar Granostic.

Perpaduan dari knowledge, skills dan peralatan terkini serta terintegrasi digital menjadi kunci bagi Granostic.

Untuk itu Laboratorium Klinik Granostic Center mengumumkan kerja sama dengan Pain Point Management Center. Layanan tersebut menjadi keunggulan dalam Granostic Medical Center.

Komisaris PT Persada Medika Utama dr Agus Chairul Anab SpBS dan Direktur PT Persada Medika Utama Arditya Wirawan ST MBA sekaligus meresmikan layanan baru ini dalam acara Inauguration of Granostic Medical Centre, Sabtu (23/9/2023).

Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Direktur PT Persada Medika Utama Arditya Wirawan ST MBA dan Perwakilan Pain Point Management Center dan Penanggung Jawab Granostic Medical Center dr M Dwikoryanto SpBS FINPS FINSS.

Ada pakar multi disiplin dalam Pain Point Management Center. Mulai spesialis bedah syaraf, neurologi, rehabilitasi medik dan paliatif. Karena nyeri merupakan keluhan penyakit secara holistik.

Ruang lingkup dalam layanan ini meliputi nyeri akut pain, nyeri kronik dan cancer pain atau nyeri akibat penyakit kanker. Penanganan nyeri adalah bagian dari layanan sub spesialis penyakit dalam.

Pain Point Management Center memang fokus menangani nyeri. Karena permasalahan nyeri dialami oleh setiap orang.

Ada nyeri terkait anatomi maupun syaraf.  Seperti nyeri syaraf terjepit, nyeri kanker, dan nyeri tulang belakang.

Hasil survei menunjukkan kasus nyeri tulang belakang 10 persen memerlukan tindakan operasi.

“Selebihnya 90 persen sebetulnya dapat diatasi di Pain Poin Management Center. Kita ingin ambil di situ,” kata dr Dwikoryanto.

Ada pula nyeri karena Servical Gadget Syndrome. Sebuah keluhan baru pada bagian leher dan kepala. Leher tidak lagi membentuk kurva yang sehat.

Guna mengatasi berbagai nyeri tersebut, Pain Poin Management Center juga memiliki alat medis canggih berupa radio frequency treatment tindakan.

Alat ini mempercepat proses adaptasi syaraf tanpa merusak struktur anatomi dalam tubuh sehingga menghindari kerusakan jaringan akibat tindakan operasi. Radio frequency di Pain Point Management juga merupakan satu-satunya di Surabaya.

“Jika nyeri selesai dengan radio frequency, maka tak lagi diperlukan operasi. Radio frequency ini menjadi standar sebelum tindakan operasi karena berfungsi sebagai diagnostik juga,” ujar dr Dwi.

Alat lain adalah C-Arm Radiography untuk memindai. Kendati demikian, dr Dwi Koryanto juga berpesan bahwa tidak semua nyeri berbahaya.

“Nyeri masih diperlukan namun kita perlu mengolah dengan baik dan memang ada kondisi tertentu yang membutuhkan penanganan medik,” kata dr Dwi.

Maka dari itu, dr Dwikoryanto optimistis layanan Pain Poin Management akan memiliki prospek yang luar biasa dan dibutuhkan oleh masyarakat. Tersedia pula layanan home care bagi masyarakat yang membutuhkan.

Senada, Direktur PT Persada Medika Utama Arditya Wirawan mengungkapkan, Granostic Dharma Husada berupaya meningkatkan pelayanan dengan kehadiran Granostic Medical Centre. Di mana di dalamnya terdapat poli jantung dan poli penyakit dalam serta Pain Point Management.

Ia melihat masyarakat Surabaya sudah semakin konsen dengan kesehatan pribadinya. Mereka kemudian memiliki keinginan lebih terhadap peningkatan kualitas layanan kesehatan.

Namun sayangnya, banyak warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri. Presiden Jokowi beberapa waktu lalu mengungkapkan angkanya.

“Kurang lebih 2 juta orang per tahun dengan jumlah devisa keluar mencapai Rp165 triliun. Angka yang sangat fantastis,” kata Aditya.

Padahal, Aditya yakin kompetensi tenaga kesehatan dalam negeri andal dan bahkan bisa lebih baik daripada tenaga kesehatan di ASEAN.

“Fasilitas juga cukup baik, hanya memang aksesibilitas,” katanya.

Berangkat dari hal tersebut, Granostic mencoba meningkatkan layanan agar dapat menjadi solusi bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana di luar negeri.

Kehadiran Granostic Medical Centre menyediakan layanan spesialis dan sub spesialis dengan fasilitas teknologi terkini.

Mulai keahlian bedah syaraf, penyakit jantung, paru-paru, penyakit dalam dan sebagainya. Dengan layanan unggulan pain management center yang mengatasi permasalahan nyeri pada tubuh.

“Semoga Granostic Medical Centre bisa diterima oleh masyarakat Surabaya,” harapnya.

Komisaris PT Persada Medika Utama dr Agus Chairul Anab SpBS menambahkan, Granostic Medical Center merupakan milestone layanan primer dari laboratorium ini dan memberikan kontribusi optimalisasi dalam pencegahan penyakit.

Karena sebesar 70 persen dana BPJS Kesehatan terserap di kuratif, maka ke depan pemerintah akan fokus pada layanan primer.

“Pemerintah saat ini sedang menggiatkan layanan primer itu bahkan dari sisi anggaran juga akan lebih banyak di sana. Kami hadir untuk menunjang ini, Granostic selain memberikan layanan primer khususnya dari sisi promotif, preventif,” kata dr Agus.

Bahkan ke depan ada sebuah wacana bahwa rumah sakit berada di rumah. Pasien bisa menggunakan device sebagai alat monitoring robotik seperti di negara-negara maju. Tindakan kepada pasien bisa dilakukan secara borderless.

“Ini tantangan yang harus kita hadapi,” tandasnya.(dan)

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement

ADVERTISEMENT

Visual Radio