Surabaya, MercuryFM – Besarnya potensi pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia menjadi salah satu faktor yang diharapkan mampu mengerek kinerja ekonomi secara nasional. Apalagi saat ini posisi Indonesia sudah masuk top player global di sektor ekonomi syariah.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur (KPw BI Jatim) Doddy Zulverdi menyatakan, berdasarkan State of the Global Islamic Economy Report tahun 2021/2022, Indonesia berada pada 10 peringkat teratas untuk sektor makanan dan minuman halal, keuangan syariah, pariwisata syariah, fashion muslim, kosmetik dan media.
Tetapi besarnya potensi tersebut tidak dibarengi dengan tingginya pemahaman masyarakat. Sehingga pertumbuhannya masih sangat rendah.
Untuk keuangan syariah misalnya, kontribusinya pada sektor keuangan secara umum masih sekitar 6-7 persen.
“Kalau keuangan banyak tantangan, mulai dari keterbatasan SDM, permodalan dan literasi. Sehingga potensinya masih sedikit. PR kita untuk meningkatkan keuangan syariah masih banyak,” kata Dody saat Bincang Bareng Media 2023 di Kantor KPw Bank Indonesia Jatim, Selasa (5/9/2023).
Tetapi ada tiga sektor ekonomi syariah yang menurutnya berpeluang besar untuk melaju pesat, yaitu fashion halal, Mamin halal dan pariwisata halal. Tiga sektor ini adalah kekuatan yang dimiliki Indonesia untuk bisa menggaet pasar muslim dunia yang kian besar.
Data Global Islamic Economy Indicator tahun 2021/2022 menunjukkan, total konsumsi yang dilakukan oleh 1,9 miliar muslim dunia untuk ekonomi syariah pada tahun 2021 mencapai USD 2 triliun untuk makanan, farmasi, kosmetik, fashion, pariwisata dan media.
“Dan Indonesia mengalami kenaikan signifikan menjadi peringkat kedua di sektor makanan halal. Ini yang akan kita genjot, juga fashion dan pariwisata. Ketiga sektor ini menjadi kekuatan yang bisa kita maksimalkan,” tambahnya.
Ada tiga target sasaran utama yang dilakukan BI Jatim dalam meningkatkan ekosistem pengembangan Eksyar Jawa, yaitu peningkatan pemahaman masyarakat, optimalisasi potensi yang dimiliki pesantren dan peningkatan kinerja UMKM syariah.
Advisor BI Jatim, Muslimin Anwar menuturkan, beberapa langkah yang dilakukan BI Jatim diantaranya adalah penguatan halal value chain melalui pembentukan holding bisnis pesantren, penguatan ekosistem hulu dan hilir, pelaksanaan program hilirisasi produk halal untuk pasar global, pengembangan kawasan industri halal di Sidoarjo dan pengembangan zona kuliner halal aman dan sehat.
Selain itu juga dengan penguatan ekonomi syariah digital dengan memfasilitasi pemasangan e-mony santri dan aplikasi belanja online ponpes, aplikasi pencatatan akutansi syariah serta pembentukan inkubator bisnis pesantren.
“BI Jatim juga telah melakukan penguatan keuangan syariah diantaranya melalui penyusunan buku bahan ajar ekonomi syariah, sertifikasi Manager Retail Kopotren (koperasi pondok pesantren) dan sertifikasi Dewan Pengawas Syariah Kopotren,” ujar Muslimin.
Sementara untuk penguatan UMKM syariah, BI telah menfasilitasi sertifikasi halal, meningkatkan kapasitas UMKM, menfasilitasi sertifikasi Juleha (Juru Sembelih Halal Indonesia), serta optimalisasi ZISWAF untuk pengembangan kelompok subsistem.
Agar apa yang telah dilakukan tersebut bisa dilihat dan dipahami masyarakat, maka sejak tahun 2017 BI Jatim secara konsisten menggelar event Festival Syariah (Fesyar).
“Festival Syariah adalah untuk mempertontonkan apa yang telah kita capai, bagaimana kita tunjukkan pencapaian, baik berkaitan dengan fashion muslim, Mamin halal, pariwisata syariah, keuangan syariah,” tambahnya.
Pada tahun ini, Fesyar Jawa akan dilaksanakan pada akhir September hingga awal Desember dengan target transaksi sebesar Rp 9,6 triliun naik dibanding realisasi tahun lalu sebesar Rp 9,2 triliun.
“Untuk realisasi bisnis matching Fesyar Jawa tahun 2021 hampir mencapai Rp 6,95 triliun dan di tahun 2022 mencapai Rp 9,2 trilliun dari total Fesyar nasional Rp 27, 6 triliun,” pungkasnya. (dan)