Surabaya, MercuryFM – Angka Stunting di Kabupaten Jember ternyata masih tinggi. Menurut pengakuan anggota DPRD Jatim asal Jember M. Fawait, dirinya banyak mendapatkan laporan dari kalangan emak emak di Jember terkait persoalan stunting yang masih tinggi.
Ini bisa berbanding lurus dengan data di Pemprop Jatim, meski secara kumulatif angka stunting di Jatim turun, beberapa daerah seperti Kabupaten Bondowoso, Situbondo dan Jember, angka stuntingnya masih diatas 30%.
“Jember tepatnya masih di angka 34,%. Padahal target dari pemerintah pusat adalah di bawah 10%. Tak heran ketika saya ketemu emak emak di Kabupaten Jember mereka sangat mengkhawatirkan dengan angka stunting tersebut,” kata Gus Fawait sapaan akrabnya, Jum’at (26/06/23).
Menurut Gus Fawait, ini juga didukung masih minimnya pengetahuan ibu-ibu soal kehamilan hingga 1000 hari pertama bayi lahir masih minim, sehingga rawan mengalami stunting.
“Ini juga tak lepas dari angka kemiskinan yang relatif banyak di daerah- daerah yang angka stuntingnya masih tinggi,” dalihnya.
Kasus stunting yang tinggi ini, lanjut Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Jatim, lebih berbahaya dibanding hal yang lain. Pasalnya stunting dialami anak-anak balita hingga usia 2 tahun yang mengalami perlambatan pertumbuhan sehingga lebih parah dibanding gizi buruk. Padahal generasi muda adalah masa depan bangsa Indonesia ke depan.
“Bayangkan apabila semakin banyak balita kita yang kategori stunting maka kualitas dari generasi penerus masa depan di Jatim atau di kabupaten tersebut juga menjadi tidak berkualitas atau terganggu,” ungkapnya.
“Makanya Fraksi Partai Gerindra akan memperjuangkan persoalan ini di P-APBD 2023 supaya Pemprov Jatim membantu kabupaten yang angka stuntingnya masih tinggi,” lanjutnya.
Di wilayah Tapal Kuda, Kab Jember tergolong daerah yang memiliki jumlah penduduk terbesar. Dan dari sisi ekonomi juga sangat mempengaruhi perekonomian Jatim. Artinya, jika terjadi sesuatu di Kab Jember tentu akan mempengaruhi banyak hal di provinsi.
Kalau angka stunting di Kab Jember tertinggi tentu itu sebuah paradoks. Sebab kata Gus Fawait, di Jember ada kampus kampus yang besar seperti Univervitas Negeri Jember, UIN Jember, Politeknik dan lain sebagainya, tapi angka stunting terbesar justru ada disini.
“Itu juga pertanda kalau Pemkab Jember tidak mampu mengatasi. Maka Pemprov Jatim harus turun membantu agar angka stunting di Kab Jember dan beberapa kabupaten lain yang tidak mampu bisa dikurangi,” harapnya.
Selain sosialisasi yang sudah direncanakan pemprov Jatim terus digencarkan, Fraksi Partai Gerindra kata Bendahara Partai Gerindra Jatim ini, juga menawarkan ide melakukan revolusi putih seperti apa yang digagas oleh Pak Prabowo Prabowo ketum Partai Gerindra.
“Revolusi putih itu adalah dengan memberikan susu kepada anak anak balita di daerah daerah. Ide ini mungkin menjadi salah satu yang bisa ditiru oleh pemprov untuk membantu pemkab di Jatim. Namun mengatasi stunting tidak cukup hanya mengandalkan faktor gizi belaka karena stunting ini lebih komplek dibanding dengan gizi buruk,” jelasnya.
Revolusi putih itu lanjutnya juga menjadi salah satu sumbangsih dari Fraksi Gerindra untuk ikut serta memikirkan bagaimana stunting di Jatim bisa menurun karena angka stunting di Jatim masih di kisaran 19%. Sedangkan target dari pemerintah pusat adalah dibawah 14%.
“Ini merupakan sumbangsih Fraksi Gerindra melalui ide revolusi putih yang akan diperjuangkan di P-APBD 2023. Tujuannya supaya Pemprov Jatim bisa membantu kabupaten kota yang tidak mampu mengatasi kasus stunting di daerahnya,” pungkas politisi yang juga Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN) ini. (ari)