Jakarta, MercuryFM – Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri menyebut, bahwa gotong-royong merupakan sikap keteguhan hati. Termasuk, dalam memilih pemimpin bangsa ke depan.
Megawati menilai, bahwa situasi politik sekarang ini ibarat orang yang sedang berdansa, di mana, tidak punya keteguhan hati dalam menentukan pilihan. Megawati pun meminta agar tak terbawa arus politik seperti itu.
Hal itu disampaikan Megawati dalam arahan _Peringatan 9 Tahun UU Desa di Parkir Timur Senayan GBK, Jakarta, Minggu (19/3/2023). Hadir puluhan ribu perwakilan kepala desa dari 216 kabupaten/kota di 33 Provinisi.
“Saya bilang politik sekarang itu seperti orang berdansa. Tahun-tahun ini nih politik. Kenapa? Aku melu nok kono atau melu dua-duane, pusing akhirnya pingsan dewe. Gitu loh jadi jangan terbawa arus,” tegas Megawati.
Maka, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) ini pun meminta agar ke depan harus mencari dan memilih pemimpin yang baik. Seperti yang Megawati lakukan saat memilih Jokowi sebagai calon presiden, dan terpilih sebagai Presiden ke-7 RI selama 2 periode.
“Pilih orang yang baik. Seperti Pak Jokowi itu kan saya pilih, karena saya yakin beliau orang baik. Oke saya jadikan, bisa atur Pemerintah,” kata Megawati.
Presiden kelima RI pun menyadari bahwa keputusannya mendukung Jokowi saat itu mendapat sikap pro dan kontra. Apalagi, Megawati mengaku ada pihak-pihak yang tidak senang jika dirinya mendukung Jokowi.
Namun, Megawati menyebut sebagai anak bangsa yang berdaulat dan merdeka, harus memiliki pendirian dalam menentukan sikap.
“Sebagai warga negara Indonesia yang berdaulat dan merdeka, dan mempunyai ideologi Pancasila sebagai anak-anak bangsa harusnya punya pendirian. Bahwa kalau sebagai bangsa saya tidak mau dipecah-pecah, tadi sudah mengakui bahwa kami adalah Pancasilais,” jelas Megawati.
Dalam acara yang juga dihadiri Menko Marves, Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian serta tampak Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa di samping Megawati, Megawati juga mengajak kepala desa untuk terus menjaga persatuan di desa. Berembuk dalam menyelesaikan perbedaan harus ditekankan. Sebab, hal itu menjadi cara yang diajarkan Pancasila.
“Jadi, kalau desa bersatu, saya setuju. Tolong dipikirkan, kalian berembuk, itu kearifan lokal, itu namanya kearifan lokal, itu namanya gotong-royong, itu namanya Pancasila, yaitu musyawarah untuk mufakat. Pertanyaannya apakah itu masih dijalankan kalian? Jangan bohong, ya, karena itu kekuatan desa, Kalau enggak ada lagi hal itu, kalian akan dijadikan seperti wayang,” ujarnya.
Setelah itu, Megawati turut berpesan kepada para kepala desa terpilih bisa memerhatikan nasib rakyat di daerah apabila sudah terpilih.
“Ini yang harus benar, kepala desa kalau terpilih itu benar harus mengurusi rakyatnya lho,” pungkasnya.
Dalam acara yang digelar tersebut, Megawati sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi mendapat penghargaan sebagai Tokoh Penggerak Gotong Royong Desa. Selain Megawati, Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan mendapatkan penghargaan Tokoh Nasional Penggerak Kemandirian Desa, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian sebagai Tokoh Nasional Penggerak Tata Kelola Pemerintahan Desa, dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa sebagai Gubernur Peduli Kesejahteraan Aparatur Desa. (ari)