Tragedi Pertamina Plumpang 2023 dan urgensinya terhadap pengembangan studi Teknik Keselamatan

Oleh: Prof. Dr. Ir. Ali Musyafa, M.Sc. (Guru Besar Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh November/ITS Surabaya, Keahlian Health and Safety Environment/HSE). Artikel ini ditulis 6 Maret 2023.

MercuryFM – Kalau dirunut dalam waktu dua tahun terakhir, telah terjadi kecelakan di PT. Pertamina sebanyak tujuh kali dengan rincian sebagai berikut: Pertama di kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat, telah terbakar dua kali, pada 29 Maret 2021 untuk kebakaran pertama pada 4 tanki timbun, dan pada 8 September 2022 dengan alasan disambar petir

Kejadian ketiga, di kilang Pertamina Cilacap yang terjadi dua kali, yakni pada 11 Juni 2021 dan 13 November 2021. Kelima, disusul peristiwa di kilang Pertamina Balikpapan juga terbakar dua kali, pada hari Jumat siang (4/5/2022) dan terulang kembali kebakaran kedua terjadi dalam waktu bulan yang sama di hari Minggu pagi (15/5/2022). Kebakaran ketujuh, terjadi di Depo Pertamina Plumpang di tanggal 4 Maret 2023 yang terjadi di waktu dini hari pukul 00:44 WIB.

Menurut informasi terakhir, peristiwa Plumpang Jakarta Utara telah menelan korban sebanyak 18 orang meninggal, 49 luka parah, 2 orang luka ringan dan tidak kurang dari 20 orang masih dinyatakan hilang.

Benarkah kebakaran-kebakaran semacam ini tidak bisa dicegah dan dieliminasi? Jikalau melihat sejarah kebakaran di Pertamina, rasanya sulit sekali untuk mengatasinya. Terlihat simpang siurnya komentar dan opini para pakar di sini. Ada yang menyalahkan tata ruang, ada yang menyalahkan usia kilang dan fasilitas yang sudah tua. Kemungkinan juga ada yang menyalahkan pihak manajemen, sehingga solusinya pihak manajemen harus segera diganti. Ada juga yang akan memeriksa lewat satelit.

Tentu masih banyak lagi kesalahan-kesalahan yang bisa dialamatkan kepada siapa saja yang terkait dengan situasi ini, termasuk kesalahan yang juga bisa ditudingkan kepada SDM dan tenaga ahli di Indonesia.

Apakah kejadian semacam ini tidak pernah terjadi di belahan dunia lain Indonesia? Ternyata kejadian kebakaran hebat juga pernah terjadi di luar negeri seperti di Amerika Serikat di BP AMOCO Refinery pada 23 Maret 2005, yang luasan kebakarannya 1.200 hektare dengan 30 unit pengolah minyak yang telah beroperasi dalam kurun 71 tahun. Dengan pekerja 1.800 orang pekerja pabrik dan sub-kontraktor, Pabrik BP merupakan pabrik yang sangat besar, dan merupakan pabrik terbesar ketiga di Negeri Paman Sam, yang menghasilkan minyak olahan sebanyak 460,000 barel per hari dan menjadi sekitar 3% penyedia minyak di Amerika Serikat.

Peristiwa ledakan kedua di Buncefield Inggris, yang terjadi pada 11 Desember 2005. Di mana berdasarkan kajian, akar masalah dari kedua pabrik tersebut disebabkan oleh kegagalan indikator level dan tidak berfungsinya alarm level tinggi. Serta masih banyak lagi kejadian lainnya, seperti di Anjungan Paper Alfa, sebuah lokasi ekplorasi minyak di Amerika Serikat.

Yang jelas, dari peristiwa-peristiwa kecelakan berat di dunia, menjadi suatu hiikmah dan pelajaran tersendiri dengan lahirnya ilmu pengetahuan baru, yang populer disebut LOPA, (Layer of Protection Analyst) yang saat ini boleh dibilang telah menjadi ilmu pengetahuan yang menjadi rujukan untuk mengawal ketat jaminan keselamatan industri perminyakan di dunia internasional.

Bagaimana dengan di Indonesia? Oleh karena lembaga pendidikan kita belum banyak yang memiliki tenaga ahli dengan disiplin Teknik Keselamatan (Safety Engineering), maka saat ini adalah saat yang tepat bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk mendirikan program studi (prodi) baru Safety Engineering, yang secara khusus mendalami disiplin LOPA sebagai ilmu pengetahuan baru.

Penulis menilai, ITS yang juga turut membuka prodi baru Teknik Keselamatan di Tahun Ajaran 2023 ini, adalah langkah dengan momen yang tepat. Ini sangat penting bagi perguruan tinggi dengan pengajaran sainstek di dalamnya, untuk mencetak akademisi dan praktisi-praktisi tangguh di bidang penanggulangan bahaya industrial. Pencetakan insan yang ahli di bidang ini sesuai dengan harapan Pemerintah yang tercermin dari Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2021, yang berisi tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Kontruksi (SMKK). SMKK adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi untuk menjamin terwujudnya Keselamatan Konstruksi.

Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan.

Sudah semestinya dan semustinya bagi ITS dengan keberadaan Prodi Safety Enginering, yang segera terwujud dan terlaksana, karena ITS sendiri telah memiliki banyak riset dan pengalaman menyelenggarakan pekerjaan studi bahaya industrial tidak kurang dari 10 tahun. Semoga bidang baru yang didirikan ITS, dapat segera mencetak dan memperbanyak para ekspert yang akan mengawal keselamatan industri di Indonesia, khususnya industri di sektor migas (minyak dan gas bumi), petrokimia, pembangkit ketenagalistrikan dan industri-industri strategis lainnya.

Semangatnya adalah; mencegah terjadinya bencana konstruksi, kebakaran dan berbagai bahaya industrial lainnya, demi utamanya keselamatan jiwa dan raga manusia, serta meminimalisir kerugian aset negara. (ron)

Next Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement

ADVERTISEMENT

Visual Radio