Jombang, MercuryFM – Kenaikan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 2023 M/1444 H, menjadi Rp49.812.700 dan ada kenaikan Rp10 Juta bila dibandingkan tahun 2022 yang dipatok saat itu Rp39,8 juta, direspons Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang, KH. Zainul Ibad As’ad atau yang akrab disapa Gus Ulib.
“Saya menyadari sebagai rakyat kecil pasti terbebani dengan kenaikan biaya ibadah haji tersebut,” ujarnya, Senin (27/2/2023).
Namun, Gus Ulib yang pernah menjadi petugas haji ini juga memaklumi kenaikan biaya ibadah haji yang sangat signifikan tersebut. Ia yang tahun lalu menjadi petugas haji, merasakan sendiri biaya haji yang tidak lagi bisa dibilang murah tersebut.
“Ini memang berat bagi sebagian masyarakat. Namun, mau tidak mau kenaikan biaya haji ini harus dilakukan Pemerintah. Tidak mungkin sanggup jika Pemerintah harus mensubsidi terus,” ujarnya.
Meski demikian, biaya pelayanan yang dilakukan Pemerintah, mulai biaya akomodasi hingga perjalanan transportasi, Gus Ulib menilai sangat wajar kenaikannya.
“Kalau hitung-hitungan resmi itu idealnya Rp90 juta,” imbuhnya.
Pihaknya pun berharap, dengan kenaikan biaya haji ini Pemerintah harus mengoptimalkan pelayanan dan bargaining dengan Arab Saudi harus ditingkatkan.
“Pemerintah kita harus percaya diri, bahwa kita ini mengirim jamaah yang paling banyak 200 ribu lebih. Itu berapa kalau dihitung pemasukan yang didapat Kerajaan Arab Saudi,” pintanya.
“Saya kira perlu ditingkatkan lagi layanan dan bergaining kita dengan pemerintah Arab Saudi. Jangan sampai muncul kesan dibuat akal-akalan kenaikan biaya tahun ini,” lanjutnya.
Gus Ulib menjelaskan, bahwa bargaining pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi itu masih sangat lemah.
“Dari sekian tahun sampai kemarin, bargaining kita dengan Arab Saudi itu masih terlalu jauh di bawah. Bahkan orang-orang yang mendapatkan kewenangan untuk mengurusi haji yang bekerja sama dengan Indonesia itu kadang sewenang-wenangnya. Kita kalah nilai tawar kita di dalam posisi kita,” jelasnya.
“Seperti dalam pemilihan hotel itu terlalu jauh. Mengingat fisik orang Indonesia itu kan tidak seperti fisiknya oang Timur Tengah,” tambah Gus Ulib.
Sedangkan, usulan dari DPR mengenai pengurangan jumlah hari ibadah haji yang mulanya 40 hari menjadi 30 hari dirasa kurang tepat.
“Usulan itu baik untuk mengurangi biaya haji. Namun, idealnya ibadah haji memang 40 hari agar maksimal,” terangnya. (ari)