Surabaya, MercuryFM – PT. Pertamina Patra Niaga di Regional Jatimbalinus berkolaborasi dengan Polda Jawa Timur, rumah sakit dan masyarakat sekitar menyelenggarakan Simulasi Penanggulangan Keadaan Darurat (PKD) Level 0 Keracunan Masal, Kebakaran Gedung dan Ancaman Bom di Gedung Pertamina Jagir, Senin (13/2/2023).
Simulasi yang diselenggarakan di Gedung Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus ini sebagai bentuk kesigapan dalam penanganan keadaan darurat.
Pjs. Executive General Manager, PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, IMR. Arnaya Gula mengatakan, Pertamina rutin melaksanakan simulasi keadaan darurat, terutama terhadap seluruh sarana dan fasilitasi seperti Fuel & LPG Terminal, Depot Pengisian Pesawan Udara (DPPU), SPPBE, mobil tanki dan sarana fasilitas lainnya.
”Dan kali ini kita melakukan simulasi penanggulangan keadaan darurat di Kantor Regional Jatimbalinus. Simulasi kami lakukan sebagai upaya antisipasi dan kesigapan dalam menangani keadaan darurat,“ ujar Arnaya Gula.
Skenario simulasi kali ini dimulai saat kegiatan rapat internal di Lantai 1, 5 dan 6 terjadi keracunan massal akibat konsumsi snack rapat. Pada saat proses evakuasi korban, tiba-tiba terjadi kebakaran di lantai 6.
Proses penanganan medis dan pemadaman api kemudian dilaksanakan secara simultan, di mana dalam simulasi juga terdapat korban pada saat evakuasi dan pemadaman api.
Pada saat api telah dinyatakan padam, Excecutive General Manager mendapatkan telepon dari orang tidak dikenal yang mengaku bertanggung jawab terhadap insiden keracunan massal dan kebakaran gedung. Orang tidak dikenal tersebut juga menyampaikan, bahwa telah memasang bom di lingkungan Kantor Regional Jatimbalinus.
Pertamina berkoordinasi dengan Aparat Penegak Hukum (Polsek dan Brimob Jawa Timur) untuk penanggulangan ancaman bom dan sabotase tersebut.
Dikatakan Aryana kembali, simulasi seperti ini harus di oleh pihaknya, dikarenakan risiko pekerjaan di kota besar seperti Surabaya yang rawan dengan kebakaran gedung bertingkat, aspek kesehatan atau higienitas dan juga terorisme berupa ancaman bom.
“Kesigapan atau awareness harus terus ditingkatkan, agar upaya antisipasi bisa secara cepat dilakukan,” pungkas Arnaya. (dan)