Sby, MercuryFM – Dinas Informasi dan Komunikasi akan maksimalkan dana 2,5 miliar untuk memaksimalkan program OPOP (One Pesantren One Product) dari total anggaran sebesar 8 miliar yang di alokasikan Pemprov di PAPBD (Perubaham Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Jatim 2020.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Komimfo) Jatim, Benny Sampirwanto mengatakan alokasi anggaran untuk OPOP yang merupakan program yang di tetapkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pada tahun 2019 ini akan lebih diperuntukkan untuk publikasi melalui Podcast (radio online) serta Kopilaborasi dengan beberapa pesantren yang dinilai tim OPOP layak dipublikasikan.
Hal Ini dikarenakan masing-masing pondok pesantren itu berbeda dalam hal bidang kekuatan usaha. Ada yang usaha air dalam kemasan, ada pengelolaan bahan pangan hasil perikanan, mengolah sabun dan konveksi.
“Pondok pesantren yang sudah berhasil ini yang dipilih oleh tim OPOP pantas untuk dipublikasikan,” jelasnya.
Tujuannya, kata Benny, agar masyarakat biar tahu, kemudian antar pondok pesantren termotivasi untuk melakukan keberhasilan hal yang sama.
“Kita sudah terplaning dengan baik mana saja ponpes yang berhasil dan menjadi narasumber untuk sosialisasi
OPOP ini selain untuk meningkatkan pesantren unggulan agar berkontribusi yang lebih besar lagi kepada masyarakat luas secara ekonomi dan kesejahteraan,” papar mantan Kepala Biro Humas Protokol Pemprov Jatim ini.
Dijelaskan Benny, Jangkauan publikasi dari OPOP yang terdiri dari Santri preneur, pesantrenreur dan sosio preneur, maka akan lebih difokuskan pada Podcast pada 12 pondok pesantren. Podcast itu sendiri diambilkan narasumber dari pengasuh ponpes, alumni pesantren dan pelaku usaha di lingkungan pesantren yang telah berhasil bisnisnya.
“Podcast ini semacam Radio Online. Yang kemudian hasilnya kita bisa pasang ke Radio-radio swasta serta media social,” paparnya.
Sedangkan Kopilaroborasi lanjut Benny, secara anggarannya lebih besar daripada podcast. Ini nanti dikemas Semacam talkshow. Salah satunya mengangkat Tema kemandirian pangan berbasis pesantren dari akademisi, perbankan, tim OPOP dan pesantren di Nganjuk yang konsen di pertanian organic.
“Audiensi kopilaborasi itu selain pesantren juga santri se Jawa timur juga masyarakat umum,” sebutnya.
Dinas Kominfo kata Benny mendukung upaya agar OPOP ini berhasil menciptakan santripreneur sebanyak mungkin di Jawa Timur. Sebab banyak pesantren yang sudah memiliki produk tapi belum terpublikasi secara luas dengan cara podcast dan kopilaborasi.
“Kita juga menyiapkan produk promosi dan informasi. Seperti video profile yang ditayangkan di Youtube, ataflyer dan medsos serta website,” pungkasnya. (ari)
BalasBalas ke semuaTeruskan
|