Sby,MercuryFM – Evakuasi dan pemulangan mahasiswa yang ada di China khususnya yang berada di Provinsi Wuhan yang menjadi endemi virus Corona menjadi keinginan orang tua pelajar Jatim yang saat ini sedang melakukan studi disana.
Ini disampaikan mereka para orang tua dalam pertemuan dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang berlangsung di Gedung Grahadi Surabaya, Rabu (29/01/20).
Dalam pertemuan tersebut para orang tua khususnya mahasiswa Unesa yang studi di Provinsi Wuhan merasa kepikiran terhadap nasib mereka anak anaknya yang saat ini berada disana, meski dari kontak yang terus dilakukan mereka saat ini dalam kondisi sehat.
Subandi, Dosen Bahasa Jepang Unesa, yang juga ayah seorang pelajar di Central China Normal University (CCNU) bernama Brandy Juan Ferrero, sempat menggambarkan bagaimana situasi terkini di sekitar kampus CCNU, Wuhan.
Subandi yang juga mengajar di Jurusan Bahasa Mandarin di Unesa mengatakan, sekarang hanya ada satu supermarket berjarak sekitar 10 menit dengan berjalan kaki dari kampus, yang menjual bahan-bahan makanan.
Padahal, sebelum merebaknya Virus Corona di kota itu, di sekitar kampus itu terdapat banyak pertokoan yang menjual makanan.
“Sempat ada dua toko yang buka, sekarang tinggal satu itu,” paparnya kepada Khofifah.
Subandi mengatakan, kekhawatirannya saat ini dengan hanya satu supermarket yang buka di lingkungan kampus itu, interaksi pelajar Jatim dengan warga lokal semakin intens.
Bisa jadi, di antara warga yang berbelanja di supermarket itu, ada yang sudah terpapar Virus Corona. Sementara pelajar yang sekarang dalam kondisi sehat, secara psikis terus mengalami tekanan.
“Dalam kondisi psikis yang tertekan, daya tahan tubuh seseorang akan semakin menurun dan bukan tidak mungkin, potensi tertular virus semakin meningkat,” katanya.
“Dengan kondisi itu saya mohon bu gubernur bisa memulangkan anak anak kami yang ada disana segera mungkin,” lanjutnya dengan terbata bata dan sempat menangis karena tidak kuat menahan kesedihannya selama ini akibat memikirkan anaknya yang ada disana.
Menanggapi permintaan para orang tua, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terkait upaya evakuasi (memulangkan) sebanyak 248 mahasiswa asal Jawa Timur yang tengah menempuh study di berbagai perguruan tinggi yang ada di negara China. Termasuk mereka yang studi di Provinsi Wuhan.
Kata Khofifah, pemerintah Indonesia juga sedang berupaya keras bisa memulangkan seluruh mahasiswa Indonesia paska Wuhan China ditetapkan sebagai pusat endemi Virus Corona yang membahayakan.
“Senin kemarin saya ketemu Bu Menlu dan Presiden Jokowi dan berkoordinasi, kebutuhan yang dibutuhkan adalah pemenuhan kebutuhan logistik para student yang waktu itu beberapa toko penjual bahan makanan masih banyak yang belum buka. Sekarang kebutuhan yang mendesak adalah evakuasi,” ujar Khofifah Indar Parawansa di Gedung Grahadi Surabaya, Rabu (29/01/20) malam.
Bahkan, lanjut Khofifah hari ini Bu Menlu Retno Marsudi juga tengah mematangkan bagaimana mekanisme evakuasi itu bisa dilakukan sesegera mungkin.
“Tentu kami akan melakukan koordinasi dari jumlah 248 mahasiswa yang ada, kami berharap seluruh mahasiswa dari Jatim bisa diprioritaskan untuk bisa dipulangkan dalam satu penerbangan supaya bisa lebih efektif ketika mereka sampai di Juanda bisa mendapatkan proses layanan kesehatan yang sudah disiapkan,” ungkap mantan Mensos ini.
Diantara layanan kesehatan yang sudah disiapkan pemprov Jatim yakni ruang transit isolasi di bandara dan ruang isolasi di tiga RSUD milik pemprov yakni RSUD dr Soetomo Surabaya, RSUD Syaiful Anwar Malang dan RSUD dr Soedono Madiun.
“Walaupun kita sudah menyiapkan layanan kepada pada mahasiswa yang sedang study di China tapi kami berharap mereka dalam kondisi baik-baik dan pulang juga dalam keadaan sehat,” harap ketum PP Muslimat NU ini.
Ia juga berharap kepada para orang tua atau wali mahasiswa asal Jatim yang sedang study di China memberikan data lengkap kepada Pemprov melalui Kabag Hubungan Luar Negeri Biro Humas Protokol. “Selain nama, no telepon tempat tinggal dan nama kampus. Kalau bisa dilengkapi nomor pasport dan visa serta email,” jelas Khofifah.
Ditambahkan, diantara 248 mahasiswa Jatim yang berhasil terdata lengkap, kata Khofifah memang ada seorang balita laki-laki berumur 5 tahun.
“Mungkin itu putra dari salah satu mahasiswa. Tapi itu data hari ini, jikalau malam ini ada yang mengkonfirmasi kembali kita sangat terbuka untuk dijadikan satu kesatuan supaya Kemenlu dan KBRI kalau ada evakuasi bisa mendapatkan support satu pesawat untuk seluruh mahasiswa asal Jatim,” harapnya. (ari)