Surabaya, MercuryFM – Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia, membawa tantangan tersendiri bagi masyarakat, termasuk bagi pelaku industri kreatif yang membutuhkan banyak adaptasi dari kondisi yang serba baru.
Dan setelah dua tahun berturut-turut digelar secara online akibat pandemi, kali ini ajang local bazaar Basha Market kembali hadir secara offline. Dengan mengusung tema Monopoli, Basha Market mengajak ratusan brand lokal untuk kembali bangkit pascapandemi.
Co Founder Basha, Devina Sugono mengatakan, bahwa Basha Market kali ini hadir dengan tema Monopoli yang membawa semangat dan harapan untuk brand lokal agar dapat ‘memonopoli’ pasar ekonomi, tidak hanya nasional tapi juga internasional.
“Kita mengusung tema Monopoli, karena kita merasa hidup itu seperti sebuah permainan. Banyak hal yang tidak bisa diprediksi. Seperti halnya pandemi dua tahun lalu. Hadirnya Basha kali ini, kita ingin mengingatkan, bahwa hidup seperti permainan, jangan terlalu dibuat serius. Layaknya melempar dadu, kadang baik kadang nggak baik. Jadi ini sebagai pengingat kita, bahwa hidup harus tetap berjalan,” kata Devina, saat ditemui disela-sela pembukaan Basha Market di Tunjungan Plaza, Jumat (28/10/2022).
Di kesempatan yang sama Christie Erin, Co Founder Basha menyebut, selain brand lokal yang sudah familiar di Basha Market, banyak juga brand-brand baru yang masuk dalam kurasi kali ini.
“Kita juga terkejut, banyak sekali brand-brand baru yang daftar ke Basha Market. Rata-rata memang baru lahir dari pandemi kemarin,” ujar Erin.
Ia melihat, bahwa adanya pandemi kemarin memang sungguh memprihatinkan untuk banyak pihak, namun Erin juga percaya bahwa nafas industri kreatif tidak akan pernah berhenti.
“Saya sangat mengapresiasi teman-teman brand lokal yang sungguh luar biasa. Banyaknya brand baru yang lahir merupakan satu bukti, bahwa kita semua mencari jalan untuk keluar dari kondisi kemarin dan semangat itu yang perlu juga kita dukung bersama,” tuturnya.
Dengan hadirnya Basha Market, Erin berharap, para pelaku industri kreatif bisa terus berjuang dan bertahan dalam membangkitkan roda perekonomian.
Diketahui, event yang berlangsung selama 3 hari mulai 28-30 Oktober 2022, di Tunjungan Plaza 3 Surabaya ini diikuti oleh 167 brand lokal.
Sementara itu, Stephen Firmawan, selaku owner Revolt Industry menuturkan, kembalinya Basha Market ini tidak hanya menjadi tanda kegiatan ekonomi di Surabaya yang berangsur membaik, tapi juga titik uji cara stakeholder menumbuhkembangkan ekonomi kreatif.
“Semoga para pelaku independen, kreatif, stakeholder hingga masyarakat tidak hanya menikmati Basha Market, melainkan awalan untuk terus berpacu dan berkreasi mewujudkan ekonomi kreatif,” katanya.
Dia menilai, perkembangan industri kreatif di Indonesia sudah baik dengan ketersediaan material dan sumber daya manusia yang mumpuni. Hanya saja, adalah bagaimana cara untuk menggencarkan penjualan produk.
“Dagang jangan takut nggak untung, yang beli jangan takut spend,” tutupnya. (dan)