Surabaya, MercuryFM – Pertumbuhan ekonomi Jatim diperkirakan akan kembali menggeliat dan menembus kisaran 5,1 hingga 5,4 persen. Angka pertumbuhan ekonomi tersebut mampu tercapai jika Provinsi Jawa Timur terus gencar melakukan perdagangan antardaerah.
“Ketika perdagangan antardaerah pulih, sektor pertanian yang tidak terpengaruh dengan pandemi Covid-19 dan sektor koorporasi yang mulai pulih, tinggal sektor jasa, maka InsyaAllah Jatim akan kembali mulai tumbuh diangka 5,1 hingga 5,4 persen,” ujar Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia (BI) Jatim, Difi Ahmad Johansyah dalam acara “High Level Meeting dan Rapat Koordinasi Wilayah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Timur”, di Gedung Grahadi, Rabu (28/4/2021).
Untuk itu, Difi berpesan, TPID Provinsi Jatim untuk terus mengembangkan Business to Business (B to B) antara provinsi di Indonesia. Hal itu mengandung arti bahwa Jatim juga mendorong daerah di luar pulau Jawa untuk terus menciptakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang lebih banyak.
“Dengan demikian akan mampu mempermudah perdagangan antardaerah,” ungkapnya.
Difi juga mendukung adanya resi gudang di Ngawi. Menurutnya resi gudang di Ngawi tersebut akan menjadi pendorong bagi daerah lainnya.
“Mudah-mudahan ini meningkatkan produktifitas di Jatim dan sejalan dengan pelaksanaan Perpres 80 yang mengundang investasi lebih banyak. Dan juga tadi dari sektor-sektor yang belum terjamah di Jatim yaitu sektor pariwisata dan sektor jasa lainnya,” jelasnya.
Difi juga mengatakan, inflasi di Jatim sebenarnya tidak banyak terjadi gejolak termasuk pada masa pandemi. Namun demikian, ada beberapa komoditas yang tetap harus diwaspadai, yaitu bawang merah, cabe rawit, bawang putih, daging ayam, telur ayam dan juga gula pasir khususnya menjelang hari besar keagamaan.
“Tapi seperti biasa, kita dengan kerja sama semua pihak dan dukungan satgas pangan dan polda, Insyaallah Jatim bisa mempertahankan prestasinya,” tuturnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa sebenarnya ekonomi di Jatim sudah mulai tumbuh. Bahkan pada masa pendemi kemarin, jika dibandingkan dengan daerah lain di Jawa, maka di Jatim relatif tumbuh baik.
“Terkait pertumbuhan ekonomi Jatim, kita harus tetap bersyukur, kontraksi kita terendah kedua setelah DKI dan yang lain lebih dalam lagi. Nilai ekspor dari bulan ke bulan kita meningkat 11,5 persen pada bulan Februari atas Januari. Kemudian Maret atas Februari kita naik lagi 17,94 persen,” jelasnya.
Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, lanjut Khofifah, masih tumbuh positif di saat pandemi Covid-19 tumbuh 0,94 persen.
Sedangkan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim tumbuh 11,90 persen dan ini kita bisa melihat 33,01 persen total tenaga kerja di Jatim masih ada di sektor pertanian.
“Betapa ini menjadi sektor strategis yang menyerap tenaga kerja yang lebih produktif lagi,” pungkasnya. (ari).