Surabaya, MercuryFM – Dukungan kader Golkar terhadap Ketua DPD Golkar Jatim Sarmuji sebagai Cagub di Pilgub Jatim 2024 mendatang, dinilai kader senior Golkar masih terlalu dini. Sebab masih banyak tokoh atau sosok yang berkompeten untuk dapat dicalonkan maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim pada 2024.
Menurut Freddy Purnomo, sosok yang diusung tersebut dinilainya juga tak harus merupakan pimpinan partai. Masih banyak, lanjutnya, kader Partai Golkar yang berkompeten dan lebih layak untuk maju mendampingi Khofifah dalam Pilgub Jatim 2022. Seperti di antaranya, Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, dan lain-lain.
“Misalnya ada Wakil Wali Kota Pasuruan, Adi Wibowo, itu juga layak. Tokoh transisi di Indonesia juga ada banyak dan layak digandengkan dengan Khofifah,” ujar Freddy Poernomo, di Gedung DPRD Jatim, Senin (25/7/2022).
Anggota DPRD Jatim tersebut berpandangan, bahwa siapapun boleh diajukan dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Namun baginya, yang pasti bagaimana tokoh tersebut mampu menjaga keberagaman.
“Intinya itu keberagaman tetap harus dijaga. Tokoh dari (latar belakang) akademisi juga ada, banyak stok. Banyak kader pilihan, Partai Golkar masih banyak stok,” tegasnya.
Menurut Freddy, sosok yang seharusnya digadang maju dalam Pilgub Jatim mendampingi Khofifah itu memiliki nilai ketokohan. Dan kedua, sosok tersebut juga mampu mendongkrak elektabilitas Partai Golkar.
“Saya kira pertama punya nilai ketokohan, kedua bisa mendongkrak elektabilitas. Tapi kalau saran saya pribadi, lebih mengutamakan Pileg dan Pilpres dulu. Nanti setelah Pileg-Pilpres jelas, baru kita running untuk persiapan Pilkada,” ucap dia.
“Jadi memang kalau saya mau jujur, akhir-akhir ini Golkar kehilangan tokoh. Saya justru menyarankan untuk Pilkada itu model konvensi yang pernah dilakukan Akbar Tanjung,” cetusnya.
Dia mengatakan, walaupun saat itu Akbar Tanjung merupakan Ketua Umum Golkar, namun semua potensi yang dimiliki partai dimunculkan. Makanya melalui konvensi yang digagas saat itu, muncul nama-nama tokoh yang berkompeten untuk diusung.
“Saat itu muncul nama Surya Paloh, Yusuf Kalla, Prabowo Subianto dan akhirnya Pak Wiranto yang terpilih. Akhirnya kan elektabilitas partai juga terdongkrak menang. Karena yang kita utamakan partai dulu,” papar dia.
Freddy pun berkaca pada kontestasi demokrasi di negara maju seperti Amerika Serikat. Ia menyebut, meski Hillary Clinton dan Barack Obama bukan pimpinan partai, namun keduanya dapat diusung dalam kontestasi pemilihan presiden.
“Hillary Clinton dan Barack Obama bukan seorang pemimpin partai. Dia bertarung sehat, akhirnya yang terpilih saat itu Obama. Seharusnya yang dipakai begitu,” kata dia mencontohkan.
Oleh sebabnya, Freddy kembali menegaskan, bahwa untuk memanage sebuah partai itu, tidak perlu terlalu statis. Menurut dia, hal tersebut berkaca dari masa kepemimpinan Ketua Umum Golkar, Akbar Tanjung.
“Kita belajar dari kepemimpinan Akbar Tanjung. Kita tidak memaksa pimpinan partai untuk maju. Tokoh yang di dalam itu didorong untuk keluar supaya tampil membesarkan partai,” tegasnya. (ari)