Surabaya, MercuryFM – Beberapa hari menjelang Ramadan, pemerintah diminta untuk menjaga stabilitas harga berbagai komoditas dan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar konsumen mendapatkan harga terbaik, terutama harga-harga di pasar tradisional.
Ketua DPW Jatim Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (IKAPPI), Agus Susilo mengatakan, saat ini harga cabai mulai merangkak naik. Meski diklaim sudah masuk masa panen harga tidak ikut turun. Bahkan cabai rawit merah mencapai 125 ribu rupiah per kilogram. Kata Agus Susilo, kenaikan ini bukti bahwa tidak sinkronnya data Kemendag dan Kementan dengan fakta di lapangan.
“Ini yang harus disikapi sebaik baiknya. Pemerintah harus merelakan kenaikan di kuartal ini dan mempersiapkan kuartal ke depan agar tidak terjadi kenaikan harga di semua komoditas. Tidak hanya cabai, termasuk daging juga naik,” tegas Agus Susilo, Kamis (25/3/2021).
Daging juga mengalami lonjakan, kata Agus, harga daging sapi sekarang di 129 ribu rupiah yang standarnya di 124 ribu rupiah per kilogram.
Ditambahkannya, salah satu yang juga perlu dibenahi yakni pasar induk sebagai pusat distribusi. Karena itu, lanjut Agus, rencana pasar induk sebagai titik awal distribusi pangan merupakan langkah awal yang baik, karena pasar induk menjadi pusat distribusi pangan selama puluhan tahun.
“Tinggal bagaimana melakukan pengawasan dari sisi distribusi,” ujarnya.
Sementara terkait masih adanya tindak premanisme di pasar yang mengganggu rantai distribusi, papar Agus Susilo, juga perlu tindakan tegas penegak hukum, termasuk dari Satgas Pangan.
“Iya Satgas Pangan perlu bertindak, juga bersama KPPU. Satgas Pangan punya peran strategis menjaga agar pangan kita bisa terkendali, bisa terawasi. Namun tentu jauh lebih penting strategi penguatan produksi, penyeimbangan supply demand, itu juga penting. Sekuat apapun pengawasan, distribusi kalau produksi tidak ada, apa yang mau didistribusi dijaga,” paparnya.
Hal lain yang juga mendesak dibenahi, imbuh Agus Susilo, salah satunya dengan pemetaan wilayah produksi.
“Diawasi, didampingi, diadvokasi, juga disubsidi, agar produksi sesuai harapan masing masing. Tak kalah penting, berapa asumsi permintaan di pasar juga itu harus diprediksi, kalau bisa tahu berapa permintaan, berapa stok, petani akan jadi enak produksinya,” pungkas Agus Susilo. (dani)