Sby, MercuryFM – Detik-detik menjelang akhir tahun, dan sudah memasuki musim penghujan dengan intensitas besar dan sering, yang tidak jarang juga menimbulkan bencana banjir, dan tanah longsor, membuat PT. PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur memastikan kesiapannya menghadapi bencana alam.
Perusahaan plat merah ini sudah menyiagakan personil, peralatan, kendaraan, material, komunikasi hingga koordinasi untuk mengantisipasi berbagai gangguan yang mungkin terjadi.
Senior Manager Distribusi UID Jatim, Adriansyah mengatakan persiapan itu sudah termasuk untuk menghadapi pilkada 9 Desember lalu, Natal dan Tahun Baru 2021. “Di Jawa Timur kami memiliki jaringan tegangan menengah sepanjang 42 ribu kilometer, dan sebagian jaringan ini harus menembus kawasan hutan,” kata Adriansyah saat jumpa pers yang dilakukan secara daring Selasa (22/12/2020).
Adriansyah menjelaskan Tantangan PLN sendiri dalam hal ini, terkait dengan pepohonan. Pihaknya harus fokus pada bagaimana menyempurnakan Right Of Way (ROW) atau menjauhkan jaringan itu dari beragam ancaman gangguan terutama pohon.
Sesuai ketentuan, harus ada area bebas sejauh 3 meter di sisi kanan dan 3 meter di sisi kiri jaringan dan langit di bagian atasnya. Sementara kerusakan asset PLN akibat beragam bencana sudah terjadi di Banyuwangi, Jember, Klakah Lumajang, Probolinggo, Malang, Mojokerto hingga Ponorogo.
Pihaknya belum bisa memastikan berapa nilai kerugian akibat benacan alam tersebut. “Yang jelas, PLN sudah siaga 24 jam. Kapan, di manapun dan seperti apa kerusakannya, kami akan langsung melakukan perbaikan agar pasokan listrik kepada pelanggannya tidak terganggu,” tegasnya.
Sementara itu Senior Manager General Affairs PLN UID Jatim, A Rasyid Naja, menambahkan tentang proyeksi kebutuhan listrik saat ini masih akan terus tumbuh meski akan lebih lambat dibanding periode sebelumnya. “Demand (permintaan) listrik akan semakin jenuh pada 2035, karena secara global memang akan memasuki masa jenuh,” tuturnya.
Khusus Jawa Timur, di era Covid-19 seperti sekarang, pertumbuhan konsumsi listriknya masih lebih tinggi dibandingkan nasional. Ketika sejumlah daerah ada yang mengalami angka pertumbuhan negatif, konsumsi listrik di Jawa Timur hingga November 2020 kemarin masih tumbuh 2,65 persen.
Pertumbuhan listrik Jatim dan Jateng masih lebih baik dibanding DKI, Jabar dan Bali yang, kata dia, pertumbuhannya negatif. Sementara rasio elektrifikasi di Jatim diakui masih belum bisa mencapai 100 persen.
Menurut Naja, Jatim yang berpenduduk 39,3 juta jiwa ini, jumlah pelanggan listriknya mencapai 12,3 juta satuan sambungan. “Rasio elektrifikasi kami masih 98,8 persen, jadi masih 1,2 persen lagi yang harus diselesaikan,” ujarnya.
Banyak daerah di Jatim, kata dia, elektrifikasinya sudah mencapai 100 persen, tapi ada 3 kabupaten seperti Sampang, Pamekasan dan Sumenep yang tergolong rendah. “Di wilayah itu, banyak yang belum terlistriki karena berada di wilayah kepulauan. Tapi sebagian sudah menikmati listrik swadaya,”pungkasnya.(Dani)