Surabaya, MercuryFM – Sudah saatnya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mendapatkan perlakuan dan pendidikan yang sama dengan anak normal pada umumnya. Karena dibalik kekurangan mereka yang selama ini kita anggap sebagai kekurangan, mereka menyimpan bakat dan minat yang luar biasa, yang bisa melebihi anak normal pada umumnya.
Untuk itu Autism Awareness Indonesia (AAI) DPD Jawa Timur terus berkomitmen meningkatkan wawasan dan pemahaman masyarakat atas pentingnya kesetaraan yang diperoleh anak berkebutuhan khusus dan anak normal pada umumnya untuk bisa mendapatkan pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi.
Ketua Autism Awareness Indonesia (AAI) DPD Jatim, Vivin Komalia mengungkapkan, bahwa anak ABK sebenarnya memiliki potensi untuk bisa dibawa hingga jenjang Perguruan Tinggi (PT). Oleh karena itu, AAI DPD Jatim gencar melakukan sosialisasi, baik kepada masyarakat ataupun kepada keluarga dan orang tua ABK. Salah satunya melalui kegiatan bertajuk “Jati Diriku” yang digelar AAI DPD Jatim mulai hari Sabtu (18/5/2024) hingga Minggu (19/5/2024).
Berbagai kegiatan digelar dalam rangka memperingati Hari Autis Internasional dan Hari Pendidikan Nasional tersebut, diantaranya lomba fashion, menari, menyanyi, dan mewarnai. Ada ratusan anak dari 8 Sekolah Luar Biasa (SLB) dan 3 sanggar yang ikut berpartisipasi. Mereka terlihat antusias mengikuti rangkaian kegiatan yang digelar.
Pada kesempatan tersebut AAI Jatim juga memberikan pemahaman melalui talk show tentang inklusi pendidikan. Bahwa kesetaraan anak ABK untuk mendapatkan akses dan peluang yang sama di bangku kuliah adalah sebuah keniscayaan.
“Kegiatan ini rutin kami selenggarakan setiap tahu karena Autism Awereness Indonesia memang berkosentrasi untuk melakukan pendampingan bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Kami terus melakukan sosialisasi kepada semua lapisan masyarakat tentang pendidikan inklusi, bahwa anak ABK juga memiliki kesempatan dan potensi yang sama untuk bisa menuntut ilmu di Perguruan Tinggi. Para orang tua kami sadarkan bahwa mereka mampu,” ujar Vivin Komalia.
Melalui pemahaman harus diberikan sejak dini agar mereka tahu dan mengerti keinginan dan batasannya. Mereka akan belajar dimana dan akan kerja dimana “Semuanya kita pahamkan dan kita arahkan sejak dini. Karena kondisi mereka jauh berbeda dengan anak normal atau reguler yang bisa dengan mudah diarahkan,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Penyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Dinas Provinsi Jatim, Yoso Susriarto mengungkapkan, bahwa anak-anak ABK yang memiliki keahlian khusus misal secara akademik mampu tetapi secara fisik tidak mampu, maka Meraka memiliki peluang untuk bisa kuliah di PT.
“Kami berikan informasi kepada orang tua bahwa sebenarnya anaknya bisa kuliah kalau memang memiliki potensi akademik. Apalagi Saat ini, semua kampus telah menerapkan progran kampus inklusif, bahkan ada universitas di Jatim telah meluluskan 7 anak ABK,” kata Yoso Susriarto.
Sejumlah kampus yang telah menerapkan kampus inklusi diantaranya adalah Unesa, Unair, UM, termasuk di Widya Mandala. “Kampus menyiapkan sarana prasarana, dosen, termasuk lingkungan dan perangkat softwere dan hardware sebagai fasilitas bagi anak disabilitas. Semua civitas akademika diberikan kesadaran., bahwa mitra kuliah menjadi sangat penting bagi ABK sebagai pendukung. Sehingga mereka bisa mengikuti pelajaran atau kuliah seperti anak-anak reguler,” tandasnya.
Dengan proses yang sudah berjalan ini, maka tahun 2024 kembali digiatkan melalui program beasiswa KIP. “Kampus sudah berupaya agar anak disabilitas mendapatkan KIP kuliah, beasiswa. Ini menjadi semangat bagi kami dari AAI, bahwa nanti anak-anak tidak hanya sekedar diberikan keterampilan kesenian atau lainnya tetapi bisa melanjutkan kuliah jika memiliki potensi akademik,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, yang harus disiapkan ketika anak ABK mengikuti pendidikan ke jenjang perkuliahan diantaranya ada dua hal. Pertama kesiapan orang tua, meraka harus terus mengawal anaknya menjadi anak yang lebih akademis. Kedua, kesiapan sekolah. Jika anak memiliki potensi akademis, maka pembinaan di sekolah harus lebih diarahkan ke kuliah. “Dua sisi ini harus berjalan bareng,” tandasnya.
Dosen Universitas Widya Mandala Wahyudi Wibowo yang menjadi narasumber dalam kegiatan talkshow mengungkapkan bahwa ABK sebenarnya mampu menyelesaikan pendidikan bahkan sampai PT. Hanya saja faktor keberhasilan itu perlu dukungan dari kampus lewat sarana yang ada kemudian juga dari teman sebayanya.
“Dari pengalaman saya, justru yang banyak mendorong keberhasilan mereka adalah teman sebaya, bukan dosennya. Contohnya, kadang teman ABK miliki reaksi agak berlebihan ketika dosen menjelaskan, tetapi jika temannya memberikan pengertian dengan memanggil namanya maka dia akan lebih tenang. Kemudian juga, teman-temannya harus memiliki kesadaran kalau anak tersebut memiliki perilaku khusus, misal keluar dari kelas kemudian menyendiri atau lebih sering ke kamar mandi daripada yang lain, itu harus disadari. Bukan karena anak ini nakal atau malas belajar tetapi memang mereka memiliki kebutuhan yang khusus,” ungkapnya panjang lebar.
Sehingga pihak Widya Mandala terus belajar untuk memberikan pelayanan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. Apalagi saat ini peraturan pemerintah sangat mendukung, khusunya pada akomodasi yang layak bagi mahasiswa penyandang disabilitas. “Nah, kampus ada unit layanan disabilitas. Fungsinya menfasilitasi pendampingan, adanya relawan inklusi, ini adalah program baru. Tetapi semua sudah bergerak,” tegasnya.
Sejauh ini penerimaan mahasiswa,l sudah cukup bagus. Tetapi problemnya adalah seringkali mahasiswa lain tidak tahu atau tidak biasa memiliki teman ABK. Oleh karena itu pihak kampus secara serius melakukan awareness. Karena secara statistik, 10 % dari jumlah orang di dunia adalah penyandang disabilitas. “Mungkin saja orang yang ada disamping kita itu adalah penyandang disabilitas tertentu. Sehingga di kampus kami mengkampanyekan bahwa mereka adalah manusia yang sama yang butuh bersosial, dan diharapkan ada kepekaan terhadap mereka atas perilaku atau kondisi berkebutuhan khusus,” ujar Wahyudi Wibowo.
Untuk tahap awal, lanjutnya, minimal bisa menerima dan berteman, utamanya jika saat kerja kelompok. Misalnya, jika teman normal saat belajar lebih cepat mengerti dan selesai, maka yang ABK lebih lama dan perlu kesabaran, itu tidak apa-apa dan harus diterima. “Kita jangan menuntut performa dan kecepatan yang sama,” pungkasnya.(dan)