Sby,MercuryFM – Pemerintah mengeluarkan ketentuan petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Melalui Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit No. HK.02.02/4/1/2021. Yang menyebutkan mantan penderita Covid-19 ternyata tidak diberi vaksinasi.
Menanggapi hal itu, Kepala Divisi Penyakit Infeksi dan Tropis Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR Dr. Dominicus Husada, dr.,DTM&H.,MCTM(TP).,SpA(K) mengatakan, bahwa mantan penyintas Covid-19 memiliki antibodi yang membuat mereka bertahan.
Selain itu, menurutnya jumlah vaksin yang terbatas juga menjadi pertimbangan. Sehingga vaksinasi
harus didahulukan bagi mereka yang belum memiliki antibodi maksudnya belum pernah terjangkit Covid-19.
Oleh karena itu, tambahnya, siapa saja yang pernah terjangkit Covid-19 tidak termasuk dalam sasaran vaksinasi. “Karena dianggap sudah memiliki antibody, jadi tidak perlu. Untuk apa dibangkitkan, antibodinya kan sudah ada,” ujar Dominicus.
Lalu bagaimana jika vaksin diberikan pada orang yang tidak menyadari bahwa dirinya pernah terinfeksi Covid-19? Dominicus menjelaskan bahwa hal itu aman dan tidak berbahaya. Bahkan,menurutnya, vaksinasi dapat menambah tinggi antibodi.
“Tidak perlu cemas jika ternyata pernah terinfeksi Covid-19 dan terlanjur divaksin. Itu baik-baik saja,
tidak perlu takut. Malah bisa jadi tambah bagus, karena menjadi seperti booster,” tekan Dosen FK
UNAIR itu.
Ia menerangkan, pada dasarnya sistem imun tubuh akan aktif saat pertama kali terpapar Covid-19.
Dalam sistem tersebut terdapat salah satu komponen yang bertugas mengingat. Jika suatu saat virus yang sama datang kembali, bagian ingatan akan membangkitkan sistem imun dalam waktu singkat.
Pada orang yang pernah terjangkit Covid-19, lanjutnya, bagian ingatan itu saat ini aktif. Sehingga,
begitu Covid-19 menyerang kembali, bagian ingatan tersebut segera ingat dan siaga.
“Divaksin, dalam tanda kutip, artinya sama dengan sakit lagi. Jadi kalau dia sudah pernah kena, tapi tidak ketahuan, sebenarnya bagian ingatannya dia sudah aktif. Begitu divaksin, hasilnya jauh lebih
tinggi, jadi tidak dirugikan,” ungkap Dominicus.
Sementara itu, jika vaksinasi diberikan ketika antibodi sedang tinggi, seringkali vaksin yang masuk dihalangi. Sehingga hasilnya lebih rendah. Meski begitu, ia menilai kondisi tersebut tidak membahayakan.
Dominicus menyebutkan, antibodi Covid-19 dapat menurun bahkan hilang. Sejauh ini tercatat,
antibodi Covid-19 yang bertahan paling lama telah memasuki bulan kedelapan.
“Hilangnya kapan juga kita belum tahu. Tapi pada penyakit yang mirip, Corona tapi bukan Covid-19,
itu biasanya tidak lama, tiga sampai empat bulan,” pungkasnya.(Alam)