Sby,MercuryFM – Melonjaknya jumlah pasien positif di Jatim saat ini, khususnya di Surabaya, dikarenakan pemerintah terlambat melakukan screening berupa Rapid Test massal kepada warganya. Sehingga, para penderita Covid-19 yang tidak terlacak masih terus melakukan penularan. Kondisi itu mengakibatkan klaster baru penularan Covid-19 bermunculan dan penyebarannya sulit dikendalikan.
“Yang pertama karena screeningnya terlambat. Begitu ada klaster baru langsung dilacak dan dilakukan rapid test itu sudah bagus. Tapi alangkah baiknya kalau dibalik, harus dites secara massif dan ada target yang terukur sehingga penderitanya dapat dipetakan,” ujar anggota Komisi E DPRD Jawa Timur dr Benyamin Kristianto, Minggu (17/05/20).
Politisi Partai Gerindra itu menyarankan agar Pemprov Jatim melakukan kebijakan bersifat preventif massif selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yakni melakukan Rapid Test massal dan membagikan masker kepada warga secara serentak. Langkah itu diperlukan untuk melacak warga yang positif Covid-19 dan mencegah potensi adanya klaster penularan baru di Jatim.
Ini dilakukan agar kebijakan PSBB, itu bisa berjalan maksimal dan penularan Covid-19 memang bisa ditekan. Dia ragu PSBB di Surabaya Raya dan Malang Raya yang sudah diberlakukan akan berjalan efektif, jika kebijakan preventif massif itu tidak dilakukan oleh Pemprov Jatim.
“Kalau saya melihat test yang dilakukan harus massif. Misalnya ada kebijakan Pemprov Jatim dan kabupaten/kota melakukan Rapid Test kepada satu keluarga, dipilih saja yang paling sering keluar siapa misalnya ayahnya ya langsung ditest. Dari situ akan ketahuan petanya dan langsung begitu ada yang positif dikarantina,” tambahnya.
Benyamin juga menyarankan agar para pedagang dan penjual makanan terutama yang digandeng Pemprov Jatim juga di screening untuk meminimalisir potensi penularan Covid-19.
“Jangan sampai misalkan yang menjual makanan itu ternyata positif Covid-19 dan ditularkan kepada pembelinya karena proses pengemasan tidak higienis. Karena itu harus dilakukan Rapid Test kepada mereka,” jelasnya.
Angota DPRD Jatim yang berangkat dari daerah pemilihan Sidoarjo ini mengusulkan agar Pemprov Jatim mengalokasikan anggaran khusus untuk membeli alat Rapid Test dan masker untuk dibagikan kepada warganya. Alat itu harus dibagikan secara massif dan serentak, supaya kabupaten/kota bisa segera memetakan adanya potensi klaster baru.
“Saya optimis, jika tindakan preventif massif itu dilakukan, angka penularan Covid-19 di Jatim bisa ditekan,” pungkasnya.
Seperti diketahui, jumlah pasien Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 di Jawa Timur terus bertambah. Data Pemprov Jatim per Sabtu (16/05/20) kemarin, setidaknya ada tambahan 167 orang. Terbanyak sejak pertama kali virus ini masuk ke Indonesia awal Maret silam.
Tambahan terbesar yakni di Surabaya yang per hari itu dengan 90 orang. Dengan begitu kini pasien yang terjangkit Covid- 19 di Kota Pahlawan tembus seribu atau tepatnya 1.035 orang. Setara dengan 49,5 persen dari total seluruh pasien di Jawa Timur.
Selain Surabaya, tambahan daerah lainnya diantaranya, kemarin juga terjadi di Sidoarjo 45 orang menjadi 281 pasien. Lalu Kabupaten Pasuruan bertambah 10 orang, Kabupaten Probolinggo dan Magetan masing-masing 5 orang. Kabupaten Malang dan Gresik masing masing 2 orang.
Kemudian Lumajang, Bojonegoro, Kota Malang, Kota Kediri, Jember dan Kota Pasuruan masing-masing 1 orang.
Tambahan 167 orang ini, total kini jumlah masyarakat Jatim yang sudah terinfeksi Covid-19 sebanyak 2.088 orang. Dari angka itu, 312 pasien dinyatakan sembuh atau setara dengan 14,94 persen. Sedangkan yang meninggal 196 orang atau 9,39 persen. (ari)