Surabaya, MercuryFM – Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa dinilai cukup berhasil dalam menjaga penanaman investasi di Jatim baik dari Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) di Jatim disaat pandemi Covid saat ini.
Anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Jatim, Kuswanto menilai bahwa kinerja Pemprov Jawa Timur dibawa komando Gubernur, sangat baik dalam menjaga iklim Investasi di Jawa Timur, sebab situasi ekonomi, sosial, politik dan keamanan menjadi syarat mutlak masuknya Investor di suatu daerah.
Sesuai data kata Kuswanto, disebutkan pada tahun 2020, investasi PMA sebesar 22,6 triliun rupiah dan PMDN sebesar 55,7 triliun rupiah, total investasi 78,3 triliun rupiah, menempatkan Provinsi Jawa Timur di peringkat ke-3 dengan pertumbuhan tertinggi 33,8 persen dibanding Tahun 2019. Pertumbuhan investasi secara nasional hanya 2,1 persen.
Sedang negara asal para investor dari data yang ada kata Kuswanto, secara berturut-turut, yaitu Singapura 9,8 triliun rupiah (43,2 %), Jepang 4,6 triliun rupiah (20,4 %), Korea Selatan 2,2 triliun rupiah (2,2 %), Hong Kong 1,7 triliun rupiah (7,5 %) dan Amerika Serikat 1,1 triliun rupiah (5,0 %), serta negara-negara lain 3,3 triliun rupiah.
“Ini agar masyarakat perlu paham negara mana saja yang berinvestor dan sekaligus bisa dipahami bahwa Jatim ini investasi luar negeri bagus. Bahkan data menunjukkan Investasi dari PMDN Jawa Timur tertinggi, yaitu sebesar 55.7 triliun rupiah. Diikuti Jawa Barat 51.4 triliun rupiah dan DKI Jakarta 43 triliun rupiah,” ujar Kuswanto, dalam keterangannya di Surabaya, Jum’at (16/4/2021).
Pencapaian yang tinggi ini, menurut Kuswanto karena kemampuan Gubernur Khofifah dan wakil Gubernur Emil Dardak yang bisa meyakinkan dan memberikan jaminan sehingga investasi deras mengalir ke Jawa Timur.
“Ini tidak lepas dari kemampuan kerja yang luar biasa dari Bu Khofifah dan Pak Emil di tengah pandemi masih bisa memberi garansi bahwa Jatim ini layak investasi,” ucapnya.
Kuswanto mengakui dari data perkembangan investasi di Jawa Timur, memang belum bisa menekan jumlah pengangguran , namun ini karena banyak faktor yang tidak bisa dihindari Jatim.
“Hal ini disebabkan adanya krisis ekonomi secara global dan hadirnya pandemi Covid 19, sehingga terbukanya kesempatan kerja dari para investor atau pengusaha baru justru diikuti munculnya pengangguran baru, di Jawa Timur,” tambahnya.
Politisi senior Partai Demokrat ini mengatakan pula, sektor lapangan usaha yang mengalami kontraksi cukup signifikan adalah industri pengolahan 2,06 persen, perdagangan 5,74 persen, konstruksi 3,28 persen, transportasi dan pergudangan 11,16 persen.
“Dengan data ini kita bisa melihat kalau situasi ini, jika tidak diikuti dengan tingginya Investasi di Jawa Timur, dapat dipastikan Kemiskinan dan pengangguran akan jauh lebih meningkat. Maka dengan masih tingginya investasi di Jatim terutama pasca Pandemi perlahan persoalan pengangguran saya yakin akan tertangani,” ungkapnya.
Kuswanto yang juga anggota dalam Panitia Khusus (Pansus) Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Gubernur Jawa Timur akhir tahun 2020, terkait investasi sangat berharap kepada Gubernur dan Wakil Gubernur agar PMA yang masuk harus mensejahterakan rakyat lokal.
“Khususnya apabila mengenai industri pemanfaatan SDM mengutamakan WNI dari daerah sekitar lokasi kegiatan usaha sebagai amanat Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2019 tentang Penanaman Modal,” pungkasnya. (ari)