Sby , MercuryFM – Surabaya Survey Centre (SSC) salah satu lembaga survey yang dari hasil Quick Countnya menempatkan pasangan Eri Cahyadi – Armuji (Erji) mengungguli Machfud Arifin – Mujiaman (MA) dalam kisaran 13 sampai 15 persen, mengungkapkan ada 8 faktor yang membuat pasangan Erji menang di Pilkada Surabaya.
Menurut Mochtar W Oetomo, Direktur SSC, setidaknya ada delapan faktor yang melatarbelakangi kemenangan pasangan yang diusung PDI Perjuangan dan PSI itu atas pasangan Maju.
Pertama, Surabaya basis tradisional PDIP. Meski ada faksi- faksi dalam tubuh PDIP surabaya, faktanya soliditas kader-kader PDIP yang sudah mendarah daging sulit untuk digoyahkan.
“Sikap gotong royong yang sudah menjadi naluri ditubuh PDIP otomatis menggelora dan menggelinding dalam konteks-konteks tertentu yang diperlukan,” ujar Mochtar, Sabtu (12/12/20).
Kedua, menurut Mochtar, faktor Risma sebagai endocer utama pasangan Erji adalah faktor kemenangan yang tidak bisa disangkal.
Tingkat kepuasan masyarakat surabaya pada risma yg melebihi 90%, menjadikan strategi transfer device Erji dengan menggunakan pengaruh Risma, terbukti jitu dan efektif. Surat Risma dan video ajakan Risma di detik detik akhir jelang coblosan kian menguatkan strategi ini.
“Ketiga, Blunder video hancurkan risma. Viral video ini justru sangat menguntungkan Erji, karena lahirnya simpati publik utamanya dari kalangan emak-emak. Bahkan swing voters Maju diindikasikan banyak berpindah ke Erji karena berbagai blunder yang dilakukan oleh tim Maju,” ungkapnya.
Faktor keempat kata Dosen Universitas Trunojoyo Madura ini, tim dan relawan yang lebih ramping dan efektif. Dengan hanya didukung oleh PDIP dan PSI, tim Erji jauh lebih militan dan efektif, serta lebih simple dan fokus dalam berbagai koordinasi, konsolidasi dan mobilisasi.
“Berbeda dengan begitu banyaknya partai pendukung Maju yang membuat segala koordinasi, konsolidasi dan mobilisasi menjadi lebih kompleks, hingga menimbulkan banyak resiko faksionalitas dan uncoordinated. Hingga munculnga kasus video hancurkan risma,” urainya
Kelima lanjut Mochtar Eri jadi sosok paling pembeda diantara 3 kandidat yang ada. Paling muda dan good looking dan relatif terlihat paling memahami dan menguasai tata kelola pemerintahan Surabaya dengan background nya sebagai ASN pemkot dan Kepala Bapeko.
Keenam, kata Mochtar, debat publik yg menunjukkan penguasaan data dan masalah pada pasangan erji jauh lebih komprehensif dibanding Maju. Sehingga sedikit banyak memberi andil pada pergerakan swing voters, karena pemilih surabaya relatif lebih rasional.
“Ketujuh, pemilih surabaya yang relatif rasional dan well informed tidak mudah dipengaruhi dengan berbagai opini, jargon, slogan, informasi hoax, bahkan sembako dan uang. Pemilih rasional dan well informed cenderung information seeking, berusaha mencari sendiri informasi tentang para kandidat melalui berbagai sumber informasi sehingga pemilih ini memiliki preferensi yang mencukupi untuk menentukan pilihannya,” jelasnya.
Dan yang terakhir faktor kemenangan pasangan Erji ini ungkap Mochtar, simbolisasi dan dukungan Nahdliyin. Pasangan Erji mampu mengawinkan simbolisasi ideal Nasionalis-Religius.
“Disini Eri Cahyadi berhasil menampilkan simbolisasi dirinya sebagai Nahdliyin. Baik melalui ziarah ke berbagai makam, istighosah, pengajian. Termasuk ini yang ditunjukkan Eri dalam debat publik kedua. Disamping itu dukungan jejaring NU di level kota juga menjadi faktor yang tentu tidak bisa diabaikan begitu saja,” pungkasnya. (ari)