Surabaya, MercuryFM – Diamankannya 22 orang di Malang, Surabaya, Sidoarjo dan Mojokerto oleh Densus 88 Polri karena terkait rencana aksi terorisme, mendapat sorotan dari Pengamat Terorisme sekaligus mantan kombatan Jamaah Islamiyah (JI), Sofyan Tsauri. Dikatakannya, paham radikalisme berpotensi tumbuh di daerah seputar perkotaan, termasuk juga di Jawa Timur.
“Ini memang problem masyarakat urban. Karena memang mereka (teroris) tidak akan memasuki kepada ranah-ranah yang sudah mapan keagamaannya seperti NU dan Muhammadiyah. Mereka justru masuk kepada ranah-ranah di mana ada wilayah kosong dari ormas yang sudah klir dengan konsep agama dan ke-Indonesia-an. Mereka masuk ke dalamnya untuk membrainwashing anak muda, memanfaatkan carut marutnya politik, ekonomi dan pendidikan,” ungkap Sofyan Tsauri dalam dialog interaktif yang bertajuk “Membongkar Jaringan Terorisme di Jawa Timur”, di program Lintas Kota MercuryFM, Kamis sore (11/3/2021).
Sofyan mengapresiasi peran dari ormas agama yang terus memberikan pemahaman keagamaan yang moderat di Jawa Timur. Namun dia mengingatkan, kelompok radikal selalu akan bergerak memunculkan sentimen agama.
“Jumlah mereka sebenarnya sangat sedikit, namun mereka agresif. Mungkin hanya nol koma sekian persen dari total jumlah penduduk Jawa Timur. Tapi jangan lupa organisasi teroris pernah melibatkan orang dari Jawa Timur sejak lama, dari tahun 1981. Bagaimana dulu Jamaah Imron yang terlibat peristiwa Woyla, pernah menancapkan pengaruh purifikasi agamanya hingga ke Sidoarjo, Mojokerto dan Surabaya,” ujar pria yang juga merupakan eks napi terorisme ini.
Ditambahkan Sofyan Tsauri, ada beberapa hal yang menjadi indikasi seseorang terpengaruh dengan paham radikalisme agama.
“Mereka biasanya intoleran dengan pemahaman agama yang berbeda dengannya, walaupun seagama. Dan yang kedua selalu menjelek-jelekkan pemerintah dan simbol negara,” katanya.
Dalam mencegah paham radikalisme agar tak berkembang menjadi aksi terorisme, kata Sofyan Tsauri, peran keluarga dan lingkungan sangat penting sebagai filter, mendekatkan mereka dengan alim ulama dan tokoh agama yang moderat.
Sementara peran pemerintah, diharapkan Sofyan Tsauri agar terus melakukan pembinaan, bahkan pasca para napiter menyelesaikan masa hukumannya.
“Kita patut bersyukur, BNPT cukup aktif berperan melakukan pendekatan kepada eks-eks kombatan untuk kembali kepada NKRI. Contohnya melakukan pembinaan kepada lembaga yang didirikan Ustaz Ali Fauzi di Lamongan,” ujarnya.
“Densus 88 pun juga terjun langsung melakukan pendekatan pada eks kombatan di Probolinggo, mereka diberikan paket-paket ekonomi semisal modal kerja. Mereka jangan dibiarkan nganggur supaya tidak lagi berbuat negatif,” kata Sofyan Tsauri memungkasi dialog.
Sekedar diketahui, Jawa Timur pernah disebut-sebut oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) adalah salah satu dari 8 provinsi berskala besar jaringan terorismenya. Peristiwa terbesar adalah pengeboman tiga gereja di Surabaya pada tahun 2018. Para pelakunya terungkap berafiliasi dengan Jamaah Ansharud Daulah (ISIS). Terakhir, sepekan lalu Densus 88 Polri mengamankan 22 orang di Jatim yang diduga terlibat persiapan aksi terorisme yang terafiliasi dengan JI (Al Qaeda). Sampai saat ini Polri masih melakukan pengembangan kasusnya. (roni)