Sby, MercuryFM – Diskusi bisnis ditengah pandemi Corona Virus atau Covud-19 yang digelar oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim) secara virtual telah memasuki hari ke 10. Kali ini, Kadin mendatangkan Direktur Utama PT. Tata Kreasi Indonesia, H.M. Supriyadi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Tetap Kadin Jatim sebagai pembicara.
Dalam kesempatan tersebut, Supriyadi berbagi pengetahuan tentang apa saja yang harus diperhatikan pengusaha disaat akan memutuskan langkah strategis demi menyelamatkan usahanya pada masa pandemi Covid-19 sekaligus solusi yang bisa dilakukan.
Menurutnya, kondisi bisnis di masa Covid-19 tidak sama. Banyak bisnis yang terjerembab akibat merebaknya pandemi ini, tetapi ada juga bisnis yang justru diuntungkan dengan kondisi saat ini misalkan bisnis sektor kesehatan, bisnis sektor pangan, sektor IT, ritel dan pengolahan bahan pangan.
Supriyadi mengatakan, berapa bisnis yang tersungkur akibat Covid-19 ini cukup banyak, mulai dari pariwisata, transportasi, otomotif, properti, manufaktur, pendidikan, jasa keuangan atau bahkan migas. Dan tingkat keterpurukannya juga bermacam-macam, ada yang ringan dan ada juga yang berat. Untuk itu identifikasi kasus harus dilakukan dengan seksama agar tidak salah melangkah.
“Tidak ada rumus yang pas untuk semua bisnis, tetapi identifikasi dampak pada sektor bisnis, pola antisipasi, mitigasi risiko, dan menjalankan rencana aksi untuk pengelolaan kontinuitas dan menajamkan resiliensi bisnis dapat dipolakan dan dilakukan,” ujar Supriyadi saat diskusi virtual, Jumat (8/5/2020) petang.
Ada enam hal yang harus diperhatikan saat melakukan identifikasi. Pertama adalah bagaimana dampak Covid-19 pada tempat kerja. Dalam hal ini, krisis Covid-19 akan menjadi katalis untuk secara fundamental mengubah cara bekerja dan berhubungan. Pengusaha harus mengembangkan implementasi Elastis Digital Workspace secara komprehensif.
Kedua adalah leadership. Menurutnya, dampak langsung terbesar Covid-19 dalam bisnis adalah manusia. Untuk itu, pengusaha perlu fokus pada mengelola tenaga kerja dan peralihan pola kerja baru. “Sebagai pemimpin, pengusaha harus mendapatkan dan mempertahankan kepercayaan tim nya. Merespon kondisi secara proaktif daripada reaktif dan mengantisipasi kebutuhan organisasinya ke depan,” lanjutnya.
Ketiga adalah dampak Covid-19 terhadap suplai change. Pemenuhan kebutuhan dan barang penuh tantangan, harus lebih cepat, aman dan terjamin. Untuk itu, pengusaha harus mampu mengelola proses alur bisnis sambil menjaga kesehatan tim, pemasok, komunitas serta pelanggan.
Ke empat adalah dampaknya terhadap pelanggan. Dal hal ini, menurut Supriyadi, Covid-19 telah mengubah dan mengharuskan perusahaan bergerak dalam kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Evaluasikan bagaimana layanan pelanggan, contact center dan tingkatkan pengalaman customer,” katanya.
Kelima adalah dampaknya terhadap transaksi atau revenue. Seberapa besar dampak penurunan penjualan akibat sejumlah kebijakan yang ditetapkan pemerintah demi memutus mata rantai penyebaran pandemi Covid-19. Apakah transaksi 100 persen tidak berjalan ataukan masih bisa berjalan walaupun hanya 30 persen atau 50 persen.
Dengan menganalisa revenue, maka bisa diprediksi berapa lama ketahanan industri yang bersangkutan, apakah sebulan, dua bulan atau empat bulan. Selanjutnya pelaku usaha bisa melakukan satu keputusan cepat dengan memperhatikan dari banyak aspek, apakah harus memutus hubungan kerja atau PHK karyawan, memotong THR atau menurunkan gaji. “Ini harus dilakukan dengan cepat,” tegasnya.
Disisi lain, dengan melakukan evaluasi terhadap transaksi, maka pengusaha bisa melakukan manuver atau perubahan konsep penjualan. “Channel transaksi berubah. Prioritaskan Channel Digital. Transaksi tanpa tatap muka menjadi suatu keharusan. Digitalkan,” jelas Supriyadi.
Dan yang ke terakhir adalah lingkungan. Covid-19 telah mengubah segalanya. Membawa tantangan perubahan dimana attitude manusia, kebiasaan, perilaku membawa potensidampak signifikan bagi bisnis.
“Andaikan segalanya kembali normal September mendatang. Kita bebas bertemu muka, travelling, logistik mudah didapat. Semua kembali seperti semula. Tapi kebiasaan dan perilaku kita tidak akan sama lagi. Sebagai pebisnis, pengusaha, kita perlu mengantisipasi perubahan. Desain bisnis bagaimana kita berevolusi, berkomunikasi, membangun, beroperasi, dan memberikan layanan terbaik bagi pelanggan. Persiapkan bisnis untuk perubahan ke depan,” pungkasnya.(Dani)