Surabaya, MercuryFM – Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Indonesia menyatakan komitmennya, untuk terus mendorong penggunaan produk dalam negeri. Langkah ini sebagai wujud dukungannya terhadap program ketahanan alat kesehatan (alkes) nasional.
Ketua Umum Gakeslab Indonesia, Sugihadi HW mengatakan, sejak pemerintah mencanangkan ketahanan alat kesehatan nasional, Gakeslab juga telah mulai mendorong penggunaan produk dalam negeri.
“Kami sudah mengarah ke sana sejak 7-10 tahun yang lalu, tetapi prosentasenya masih sangat kecil. Sebagian besar alat kesehatan adalah berasal dari impor,” ungkap Sugihadi HW di Surabaya, Rabu (9/3/2022).
Kesadaran pentingnya ketahanan alat kesehatan nasional kembali mengemuka di saat pandemi COVID-19 melanda, di mana impor alat kesehatan dari berbagai negara seperti Amerika, Jepang, Eropa dan China kian menjulang. Data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) menunjukkan pada tahun 2021, pemesanan alat kesehatan dalam negeri hanya mencapai Rp2,9 triliun, namun jumlah pemesanan alat kesehatan impor empat kali lipat lebih besar, yaitu sekitar Rp12,5 triliun.
”Pemerintah sudah merasakan jika ketergantungan Indonesia terhadap alat kesehatan impor semakin tinggi, maka akan sulit untuk menghadapi pandemi yang mungkin akan kembali terjadi di masa akan datang. Untuk itu pemerintah kembali berupaya meningkatkan produksi alat kesehatan dalam negeri,” tandasnya.
Dengan dorongan tersebut maka penggunaan alat kesehatan dalam negeri menjadi kian tinggi. Jika sebelumnya hanya sekitar 10 persen, maka sekarang sudah mencapai lebih dari 20 persen. Ia juga berharap, pada tahun 2030 penggunaan alat kesehatan dalam negeri bakal mencapai 30 persen, sesuai dengan harapan pemerintah.
“Bersama pemerintah, kami akan terus mendorong kebijakan tersebut,” kata Sugihadi.
Hanya saja, yang menjadi kendala dalam peningkatan produksi alat kesehatan dalam negeri adalah masih minimnya pasokan bahan baku.
“Karena bahan baku sulit didapatkan di dalam negeri. Bahan baku masih tergantung pada impor. Tetapi dengan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendorong tumbuhnya industri alat kesehatan dalam negeri, saya yakin pasokan bahan baku sedikit demi sedikit akan teratasi,” katanya.
Selain bahan baku, yang juga menjadi kendala adalah kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah dalam penggunaan teknologi tinggi.
“Yang harus diperhatikan lagi adalah tenaga kerja kita belum banyak yang mampu untuk menggunakan teknologi tinggi,” katanya.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Ketua Gakeslab Indonesia Provinsi Jatim, Agus Staf Hartanto, bahwa pemerintah melalui beberapa kementerian, seperti Kementerian Koordinator Kemaritiman, Kementerian Investasi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan ditindaklanjuti oleh Kementerian Kesehatan sangat mendorong digalakkannya penggunaan alat kesehatan produksi dalam negeri.
“Itu adalah komitmen yang harus kita dukung sebagai pelaku bisnis. Dan sejujurnya kami adalah distributor alat kesehatan yang tadinya hampir semuanya, sekitar 90 persen lebih produk yang kami jual adalah dari impor. Tetapi dengan adanya komitmen dan support pemerintah, tentu kita akan sangat mendukung,” kata Agus.
Ia mengakui penggunaan alat kesehatan dalam negeri di Jawa Timur masih belum mancapai 20 persen. Memang kalah dibanding Jawa Barat dan DKI Jakarta. Salah satu upaya yang sedang dilakukan untuk menaikkannya adalah dengan melakukan business matching yang melibatkan beberapa stakeholder, mulai dari peneliti, produsen hingga distributor. Peneliti yang aktif terlibat adalah Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) dan Universitas Airlangga (Unair).
“Untuk distributornya tidak perlu diragukan lagi, karena di Jatim ada sekitar 90 perusahaan dengan kualifikasi menjadi perusahaan yang mempunyai potensi cara mendistribusikan alat kesehatan yang baik. Dan mereka adalah anggota Gakeslab yang diharapkan bisa membantu,” ujar Agus.
Saat ini, beberapa perusahan di Jatim sudah memulai merambah ke produksi alat kesehatan. Ada perusahaan besar dan ada yang kecil, salah satunya adalah PT. Jayamas Medika Industri, juga ada perusahaan lain yang memproduksi alat ortopedi.
“Kami yakin ini akan terus tumbuh,” tandasnya.
Selain komitmennya dalam mendukung ketahanan alkes nasional, Musprov VIII Gakeslab Provinsi Jatim juga menyatakan komitmennya untuk terus meningkatkan kompetensi tenaga kerja, melalui pelatihan dan sertifikasi profesi.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto melalui sambutan yang dibacakan oleh Wakil Ketua Umum Kadin Jatim, Steven H. Lasawengan, mendorong Gakeslab untuk siap menghadapi era industry 5.0, yang lebih tertuju pada peran manusia sebagai pusat peradaban yang memanfaatkan teknologi digital, sebagai alat pranata kehidupan dalam berbagai bidang.
“Secara garis besar, perbedaan mendasar antara 4.0 dan 5.0 adalah fakta bahwa revolusi industri 4.0 fokus pada aspek melakukan pekerjaan secara otomatis. Sementara itu, era society 5.0 lebih menekankan pada perluasan prospek kerja serta mengoptimalkan tanggung jawab jam kerja dalam menyelesaikan pekerjaan,” pungkasnya. (dan)