Sby, MercuryFM – Panglima Kodam V/Brawijaya, Mayjen TNI Widodo Iryansyah menyindir Pemerintah daerah yang tidak serius dalam mencegah dan menanggulangi penyebaran covid-19 di Surabaya Raya.
Hanya saja, Pangdam tidak menyebut kepala daerah yang tidak serius melakukan penanganan covid-19, terutama saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Apapun namanya kalau tidak ada niat baik, tidak ada ketulusan yang baik, untuk menyelesaikan masalah, akan begini-begini terus. kalau Pemerintah daerah yang didukung setengah-setengah, ya susah, sama saja,” ungkapnya.
Widodo mengaku dukungan TNI dan Polri adalah pendirian rumah sakit darurat Surabaya. Termasuk permohonan dukungan tenaga medis beserta alat kesehatan ke mabes TNI. Pusat pun menyambut dukungan tersebut dengan mendatangkan alat kesehatan dalam tiga hari.
“Kodam dan Polda yang mengoperasikan RS darurat. Ini bentuk komitmen TNI Dan Polri untuk membantu menyelesaikan permasalah covid-19. Tapi kalau dukungan kita tidak direspon oleh pimpinan daerah sama saja, seperti ini,” ungkapnya.
Widodo kembali mengingatkan, sebagus apapun konsep yang dibuat tanpa dilandasi sikap yang ikhlas dan pelaksanaannya setengah-setengah, permasalahan covid-19 tidak akan selesai.
Widodo prihatin dengan kondisi seperti saat ini karena berdampak pada masyarakat menengah kebawah. Mengingat dampak covid-19 bisa mengarah PHK karyawan sehingga tidak bisa makan.
“Kasihan dengan kondisi ini. Mungkin menengah keatas masih punya tabungan. Yang menengah kebawah, apalagi pekerja non formal. Kasihan kalau tidak kerja, tidak makan,” tuturnya.
Widodo menyebut selama PSBB, TNI sudah melakukan operasi selama dua Minggu untuk mendisiplinkan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan di tempat keramaian. Seperti di mall, di pasar modern, pasar tradisional, bandara, pelabuhan dan di stasiun.
“Kita bantu sepenuhnya. Panglima TNI sudah menginstruksikan melalui surat telegram untuk mendisiplinkan masyarakat. Kita lakukan bersama Polri. Kalau pemdanya setengah-setengah, kita susah,” tegasnya.
TNI katanya terus berjalan bersama kapolda dan gubernur. Namun upaya ini harus mendapatkan dukungan dari Pemda. Untuk itu dia meminta bupati dan Walikota untuk serius menyelesaikan masalah ini dengan aturan Perwali dan Perbup yang tegas.
Selain itu menurutnya penyelesaian masalah covid-19 perlu campur tangan semua elemen masyarakat. Untuk itu, masyarakat dan pemerintah daerah harus berjalan bersama dalam memutus mata rantai sebaran covid-19.
“Mari bersama-sama. Ini untuk kepentingan bersama. Ini tidak bisa sendiri-sendiri. Tidak bisa jalan sendiri. Harus ada campur tangan dari semua elemen masyarakat harus ikut berperan aktif,” pintanya.
Widodo mencontohkan keberadaan salah satu kampung tangguh di Gresik, tepatnya di RW 8. Dimana di kampung tangguh itu tidak ada warga satupun yang terkena covid-19. Padahal kampung itu dikelilingi pemukiman yang masyarakatnya terinfeksi covid-19 RW.
“Karena dia mendirikan kampung tangguh, diolah oleh ketua RT dan RW. Jadi bahu membahu gotong-royong, luar biasa. Bisa bertahan dari serangan covid-19. Padahal RW itu dikepung (covid-19) sekelilingnya. Ini konsep yang bagus,” terangnya.
Widodo tak memungkiri bahwa sampai saat ini masyarakat sangat susah untuk disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Padahal sangat mudah sekali untuk mengurangi perkembangan covid-19. Asalkan disiplin memakai masker, cuci tangan dan jaga jarak.
“Itu kalau diterapkan semua, pasti aman. Tapi di lapangan tidak. Sampai viral di tv, ada pedagang pasar tradisional yang mengaku bisa mati karena masker bukan karena corona. Gimana ini kalau gitu,” paparnya.
“Mari kita membimbing dengan hati yang tulus dan lembut jika menemui masyarakat yang susah diatur untuk disiplin. Masyarakat tetap harus dilindungi, dan tidak boleh meninggal karena pemerintah harus serius menangani permasalahan ini,” lanjut Pangdam V Brawijaya. (ari)
BalasBalas ke semuaTeruskan
|