Jkt, MercuryFM- Perkembangan Pasar modal syariah dalam negeri dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami perkembangan positif dan tumbuh pesat.
Direktur Utama Bursa Efek sIndonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan perkembangan ini tercermin dari jumlah saham syariah naik signifikan 33 persen, dari 318 saham syariah pada akhir 2015 menjadi 426 saham syariah per 22 Januari 2021. Jumlah tersebut setara 60 persen dari seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Selain itu, kapitalisasi pasar saham syariah Indonesia juga berhasil tembus Rp 3.500 triliun, atau setara 47,5 persen dari total kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia,” kata Inarno Djajadi dalam sambutan di acara perkenalan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. yang berlangsung secara virtual, Kamis (04/02/2021).
Menurutnya, kapitalisasi pasar syariahnya sudah mencapai Rp 3.500 triliun, atau sekitar 47,5 persen dari total kapitalisasi pasar saham Bursa Efek Indonesia. Dari total 51 saham yang tercatat pada 2020, sebanyak 38 saham atau sekitar 74,5 persennya merupakan saham syariah. “Perkembangan pasar modal syariah dalam negeri yang baik ini juga bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah investor syariah dalam 5 tahun terakhir yang naik 1.650 persen,” tambahnya.
Tercatat hingga Desember 2020, jumlah investor syariah mencapai 85.861 atau sekitar 5,5 persen dari total investor di Indonesia. “Ini artinya, ruang growth untuk jumlah investor syariah masih besar sekali,” urai Inarno.
Dengan pencapaian tersebut, Indonesia berhasil diakui sebagai pasar modal syariah terbaik oleh BEI, seiring dengan diraihnya penghargaan Global Best Islamic Capital Market dari ajang penghargaan Internasional Global Islamic Finance secara berturut-turut dalam 2 tahun terakhir.
Sementara terkait dengan penggabungan tiga entitas bank syariah pelat merah menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), Inarno menyambut baik dan berharap kehadiran BRIS dapat mendorong kemajuan keuangan nasional, termasuk penguatan aset dan kapitalisasi dalam industri pasar modal syariah Indonesia.
Dikesempatan yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) Erick Thohir mengaku pernah dibisiki Presiden Joko Widodo terkait pembentukan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI), saat peluncuran BSI di Istana Kepresidenan beberapa hari yang lalu.
“Bapak Presiden (Jokowi) pada saat meluncurkan BSI membisikan saya ‘Pak Menteri logonya bagus, tapi titip usahanya juga harus bagus’,” ujar Erick saat memberi sambutan dalam acara perkenalan PT Bank Syariah Indonesia Tbk.
Ditambahkan, sejak awal pembentukan BSI dirinya dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo telah memikirkan bisnis strateginya. Dia tak ingin pembentukan BSI ini hanya sekedar penggabungan tiga bank syariah milik BUMN saja. Dia ingin BSI bisa bersaing dengan bank swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.
“Jangan kita hanya menambah bank lagi di BUMN, tetapi strateginya, komitmennya tidak jelas,” kata Erick seraya berpesan kepada jajaran direksi dan komisaris BSI untuk menjaga amanah yang telah diberikan oleh masyarakat dan juga pemerintah Indonesia.
“Kita harus memastikan dengan adanya BSI ada keberpihakan dan kesetaraan untuk market yang memang percaya dengan industri financial syariah ini dan juga sesuai dengan roadmap BUMN. Kita mengharapkan juga ada BUMN yang go global, tidak mengakuisisi tapi juga persaingan di skala global,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) resmi beroperasi mulai Senin (1/2/2021) usai melangsungkan mega merger dengan 3 bank syariah BUMN, yakni BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah.
Disisi lain, Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi mengatakan, harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. dengan kode saham BRIS telah meningkat hingga lima kali lipat dari sejak IPO. Dimana saat IPO dicatatkan sebesar Rp 510, sedangkan per tanggal 3 Februari 2021 harga sahamnya sudah mencapai Rp 2.750.
Harga saham yang melesat juga diikuti kapitalisasi pasar yang meningkat pesat, dimana kapitalisasi pasar BRIS pada saat IPO hanya sebesar Rp 4,96 triliun, sedangkan per 3 Februari 2021 dengan tambahan saham dari dua bank yang dilebur maka kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 112,8 triliun.
“Melihat kinerja saham BRIS yang positif di tengah pandemi, kami berharap BRIS bisa jadi primadona di bursa dan masuk ke dalam index IDX BUMN 20,” ulas Hery seraya berharap kinerja positif tersebut semakin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah untuk melantai di Bursa.(Dani)