Hong Kong, MercuryFM – Dalam rangka memperingati May Day (Hari Buruh Internasional) 1 Mei sekaligus peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei, Persatuan Mahasiswa Universitas Terbuka (PERMA UT) Kelompok Belajar Hong Kong (Pokjar HK), mengadakan webinar pada Minggu siang (2/5/2021).
Webinar ini dihadiri oleh Kepala Pusat Pengelolaan Mahasiswa Luar Negeri (PPMLN) Universitas Terbuka, Pardamean Daulay dengan dua narasumber, yakni Ki Sutikno, Pegiat Pendidikan Taman Siswa DIY, Rudi HB Daman, Ketua Umum Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI), dan diikuti oleh mahasiswa UT Pokjar HK secara daring.
Kepala PPMLN UT, Pardamean Daulay dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dari adanya kegiatan mingguan mahasiswa UT di Hong Kong ini. Pardamean mengatakan, ada total 1.261 mahasiswa UT yang tersebar di 45 negara dan 65 kota di Indonesia perlu meniru mahasiswa UT Pokjar HK dari berbagai kegiatan rutin yang dilakukannya.
“Teman-teman semua pada umumnya adalah sebagai pekerja migran juga di Hong Kong. Jadi sangat luar biasa di tengah kesibukannya belajar, bekerja, masih sempat juga untuk mengadakan kegiatan kemahasiswaan ini. Selamat Hari Buruh. Selamat Hari Pendidikan Nasional,” tandas Pardamean memberi semangat kepada mahasiswanya.
Implementasi pemikiran Ki Hajar Dewantara di era milenial
Dalam webinar ini, Ki Sutikno, Pegiat Pendidikan Taman Siswa DIY, menyampaikan sub tema “Implementasi Pemikiran Ki Hajar Dewantara di Era Milenial”. Dipesankannya, ajaran Ki Hajar Dewantara selain semboyan Tut Wuri Handayani yang populer, juga ada empat cara belajar dan bekerja untuk meraih prestasi. Yang pertama, belajar dan bekerja keras. Dikatakan Ki Sutikno, ini fungsinya untuk menempa fisik.
“Kedua, belajar dan bekerja cerdas. Maka otak dan kemampuan akan terpacu dengan cepat sesuai dengan tuntutan era milenial. Ketiga, belajar dan bekerja ikhlas. Ini agar kita bisa menjadi orang-orang yang baik. Dan yang keempat, belajar dan bekerja tuntas. Inilah yang bisa menjadikan seseorang menjadi profesional dan akhirnya berprestasi,” tutur Ki Sutikno.
Selain kiat di atas, Ki Sutikno juga mengutip ucapan Ki Hajar Dewantara tentang penting dan mulianya menuntut ilmu.
“Sastra harjendra yuningrat pangruwating diyu. Bagi siapa orang yang memiliki ilmu yang luhur, dia adalah penyelamat dunia dan pemberantas kebiadaban. Itu adalah manusia yang sempurna dan paripurna,” lanjutnya.
Ki Sutrisno memaparkan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara sebenarnya adalah kemerdekaan berpikir.
“Berpikir dan dan berbuat sejauh tidak mengganggu kemerdekaan dan kebebasan orang lain. Serta bertindak swadisiplin. Disiplin atas kesadaran dari diri-sendiri. Itulah tujuan pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara,” pungkas pria kelahiran Surabaya ini kepada para peserta diskusi webinar.
Peran pendidikan dalam perjuangan kaum buruh
Di sesi berikutnya, Ketua Umum GSBI, Rudi HB Daman menyampaikan paparannya yang bersub tema “Peran Pendidikan dalam Perjuangan Buruh”, bahwa Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh inspirator bagi perjuangan kaum buruh di Indonesia. Salah satunya adalah lagu “Internasionalisme” yang awam dikenal kaum buruh, ternyata diterjemahkan dan digubah oleh Ki Hajar Dewantara ke dalam bahasa Indonesia.
“Lagu ini masih banyak dinyanyikan. Selain beliau juga berkontribusi dalam pembangunan semangat rakyat Indonesia, termasuk juga kaum buruh di era revolusi saat itu,” ungkap Rudi.
Namun perlu dicatat pula, lanjut Rudi, khusus tentang korelasi pendidikan dengan perjuangan kelas kaum pekerja di Indonesia, tantangannya adalah jenjang pendidikan kelas pekerja yang rerata masih rendah.
“Catatan dari Kementerian Ketenagakerjaan, 56 persen pekerja di Indonesia berpendidikan SD dan SMP. Artinya ini menunjukkan kepada kita semua, tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Termasuk PMI (Pekerja Migran Indonesia) masih didominasi oleh lulusan pendidikan rendah,” papar Rudi.
Peran serikat/organisasi buruh, tambah Rudi, menjadi sangat penting menutup celah rendahnya pendidikan. Serikat buruh, lanjut dia, di samping menjadi alat pemersatu dan alat perjuangan, juga bertanggung jawab mengedukasi anggotanya akan pentingnya kesadaran kelas.
“Serikat buruh hakikatnya adalah sekolah demokratis bagi rakyat pekerja. Oleh karenanya ada pendidikan yang berjenjang dan sistematis. Semua menjadi hal fundamental kaum buruh untuk berjuang mendapatkan hak-haknya. Kita juga ada edukasi mengenai teori dan taktik organisasional dan wawasan politik,” kata Rudi.
Pendidikan, menurut Rudi, adalah aktivitas utama bagi gerakan buruh.
“Perjuangan serikat buruh adalah perjuangan yang ilmiah. Ada teori, ada praktek untuk membebaskan kelas pekerja dari keterbelakangan, baik secara ekonomi, politik dan kebudayaan. Keterorganisasian kaum buruh adalah untuk membangun semangat, militansi dan tidak mudah menyerah. Makanya semua ada pendidikannya gitu,” ujar Rudi.
Dilanjutkannya, pendidikan dan pengetahuan bagi buruh menjadi penting untuk memahami dirinya, mengerti permasalahannya, mengenal cara berjuang, memahami situasi obyektif, dan tahu bagaimana cara mencari jalan keluarnya.
“Apalagi yang dihadapi adalah kapitalisme. Jadi membutuhkan pemikiran yang lebih maju. Makanya ini penting bagi buruh migran, penting untuk menyatukan diri dengan serikat buruh di negerinya,” pungkas Rudi HB Darman. (roni)