Surabaya, MercuryFM – “Kedai Sederhana Kesukaan Publik Figure” menjadi tema Rumah Umkm edisi Rabu (31/01/24), menghadirkan Owner Omahe Mbah Giyo, Tan Yu dan Joe bukan tanpa alasan. “Karena selain ngangenin seperti main ke rumah nenek kita, main ke Omahe Mbah Giyo memang disuatu waktu ada saja beberapa publik figure yang mampir kesini untuk sekedar foto-foto menyicipi kopi dan makanan yang ada, juga melepas penat,” terang Fredi Sakti, Co Host Rumah Umkm yang seringkali mengunjungi ini.
Meski tempatnya kecil dan juga hidgen game, kata Fredi, tapi jangan salah yang berkunjung ke Omahe Mbah Giyo sampai antri. Mendengar ini, sang owner, Joe pun membenarkan hal itu. “Memang sempat mengalami itu,” kata joe, owner Omahe Mbah Giyo ini.
Saat 96FM Mercury menanyakan, kenapa menamai usaha kedainya dengan Omahe Mbah Giyo? Joe menjelaskan, pemilihan nama itu karena disitu rumah dengan alamat Jl. Gubeng Kertajaya I No.15 Surabaya, merupakan tempat tinggal terakhir keluarga atau orang tua bernama Sugiyo.
“Memang disitu rumah tinggal terakhir orang tua saya. Bapak dan ibu tinggal disana. Jadi sekalian melestarikan rumah itu, buka kedai dengan memakai nama bapak. Yang kebetulan terkenalnya almarhum bapak itu dipanggil dengan Mbah Giyo, disana,” kenang Joe.
Sedikit bercerita, Joe menuturkan, kalau dulu di Jl Gubeng Kertaja I No. 15 itu ibunya memang sempat punya usaha, tetapi hanya toko kelontong, sedangkan bapak dinas di Kepolisian RI saat itu. “Awalnya tahun 2017 Omahe Mbah Giyo itu fokus di kopi, yang disajikan dengan manual brew. Dari biji kopi kita giling sesuai pesanan pelanggan, mau jenis apa digiling langsung kita seduh. Jadi untuk pilihan makanan saat itu hanya menjadi second opinion saja,” terang Joe.
Melengkapi cerita dari Joe, sang istri yang juga partner dalam menjalankan usaha ini, yaitu Tan Yu mengatakan, dengan berjalannya waktu harus bisa mengikuti tetapi tetap pada pakem atau acuan dari Omahe Mbah Giyo sendiri, yaitu makanan masakan rumahan.
“Ya memang untuk menu makanan di Omahe Mbah Giyo awal-awal dulu ada penyet kikil, rica-rica, tumis daun pepaya dan mangot ikan pe. Berjalannya waktu kita lihat pasar itu bagaimana? Ada yang sekarang itu jadi menu daily tetap dan ada yang temporary di Mbah Giyo. Untuk menu yang jelas pasti ada itu gudeg Jogja yang diolah dengan citarasa masyarakat Surabaya, sedangkan untuk menu masakan olahan Jawa itu ada bakmi jawa bakmi godhog, bakmi goreng, nasi goreng. Cuma kita sedikit berinovasi di nasi gorengnya di orak-arik dengan Kecombrang. Disini ada pilihannya lagi, ayam kampung atau tuna. Untuk Mangot itu temporary,” terang owner Omahe Mbah Giyo, Tan Yu.
Lebih jelasnya, kata Tan Yu yang pengen tahu ada menu apa saja daily di Omahe Mbah Giyo, bisa dikepoin di IG omahe_mbah_giyo_. “Di Ig story biasanya kita akan woro-woro atau infokan, jadi pelanggan sudah bisa memperkirakan menu apa yang akan dipesan kalau akan ke Omahe Mbah Giyo,” kata Tan Yu.
Dalam hal pekerjaan, menurut Tan Yu, dirinya bersama suami, Joe menjadi hal yang biasa untuk saling mengoreksi memberikan masukan terbaik. “Sebelum sampai ke pelanggan, kalau memang ada yang perlu dikoreksi ya harus kita sendiri yang tau. Jangan sampai ada komplein dari orang lain yang jadi pelanggan,” kata Joe membenarkan apa yang disampaikan sang istri Tan Yu.
Joe, owner Omahe Mbah Giyo ini mengaku, terutama untuk menu-menu yang baru kita internal trial dulu, baru di launching.
Sementara saat ditanya apa tips yang membuat Kedai Omahe Mbah Giyo beda dari kedai atau kafe-kafe lain yang banyak menjamur di Surabaya? Menjawab ini Joe mengatakan, mengutamakan hospitality.
“Hospitality kita utamakan, yaitu manjalin hubungan antara tamu dan tuan rumah, dan bersikap ramah. Kita anggap pelanggan bukan orang lain, bahkan selama tidak sibuk di bar atau kitchen karena sekarang sudah ada yang bantuin, akan menemani tamu-tamu pelanggan yang berkunjung ke Omahe Mbah Giyo, meski hanya sekedar ngobrol, atau sekedar menanyakan baru pertama berkunjung ya,” terang Joe.
Tan Yu menambahkan, meski dengan menanyakan hal-hal yang simpel saja kepada pengunjung, membuat mereka merasa nyaman dan diperhatikan. “Ini yang membedakan Omahe Mbah Giyo dengan kedai atau kafe-kafe lain yang ada,” kata Tan Yu. Obrolan menarik lainnya bagaimana kedai Omahe Mbah Giyo bisa bertahan kala pandemi Covid-19 melanda? Bisa anda simak selengkapnya hanya di Youtube chanel @radiomercury96. (Nla)