Sby, MercuryFM – Stunting masih menjadi permasalahan di Jatim saat pandemi covid saat ini. Dari data yang ada masih banyak daerah di Jatim yang belum memenuhi kecukupan gizi seimbang untuk menghindari stunting. Terlebih pada saat pandemi Covid-19 yang kian mempengaruhi ekonomi masyarakat.
Anggota Komisi E DPRD Jatim Kodrat Sunyoto, stunting harus tetap menjadi perhatian pemerintah provinsi. Mengingat pandemi covid, jelas mempengaruhi perekonomian, dimana ini tentunya menjadi ancaman dengan tingginya angka stunting. Untuk itu perhatian terhadap gizi juga harus diperhatikan saat pendemi covid saat ini.
“Tidak ada alasan untuk tidak memberikan peningkatan gizi atau perbaikan gizi di Jawa Timur meskipun dalam wabah pandemi. Karena, prioritas itu adalah perbaikan gizi untuk menanggulangi peningkatan stunting,” ujar Kodrat, Senin (01/02/21).
Menurut Kodrat yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Jatim ini, angka stunting sempat mengalami penurunan pada tahun 2018 ke 2019 yakni dari 30,6 persen menjadi 26,9 persen. Tapi di tahun 2020 angka itu belum diketahui lantaran BPS belum memberikan data tersebut.
“Turun atau naik karena pengaruh pandemi Covid-19 juga bisa mempengaruhi. Tetapi, kita menginginkan adanya program untuk penurunan stunting. Kalau meningkat, ini dikhawatirkan kemampuan kognitif anak rendah, dimasa tua pasti gampang menderita penyakit,” ujarnya.
Bagaimana strateginya, Politisi Partai Golkar ini memaparakan strategi yang harus dilakukan pemprov Jatim. Yakni pertama harus memberikan protein hewani. Karena dimasa pandemi, hewani tidak harus daging, tapi yang paling banyak itu adalah konsumsi ikan.
“Karena itu yang banyak mengandung zinc. Ini kan zat gizi untuk bisa menopang tumbuh kembang anak-anak,” terangnya.
Kedua, lanjut Kodrat, Masa 1.000 hari pertama kehidupan (1.000 HPK) terdiri atas 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan buah hati.
“Dampak pada masa periode emas akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang buah hati hingga dewasanya,” katanya.
Hari pertama kehidupan berkaitan erat dengan pemenuhan gizi di awal kehidupan buah hati. Pada gilirannya, kata Kodrat, ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sekaligus berpengaruh terhadap kesehatannya.
“Momen ini merupakan waktu tepat untuk membangun fondasi kesehatan jangka panjang,” tambahnya.
Ketiga, kata Kodrat yang juga Ketua MKGR Jatim, calon pengantin itu syaratnya tidak boleh anemia, atau kekurangan darah. Selain golongan darah, pemeriksaan anemia juga menyertakan kadar Hemoglobin (Hb). Ia mengatakan, pemeriksaan anemia bertujuan memberi info kondisi kesehatan ibu sebelum hamil. Termasuk risiko jika ibu dinyatakan hamil dalam kondisi anemia.
“Nantinya kita bisa segera menolong ibu hamil yang mengalami perdarahan saat bersalin. Apalagi jika ibunya mengalami anemia. Transfusi darah bisa segera diberikan karena semua sudah terencana,” imbuh Kodrat.
“Intinya, DPRD Jatim mendorong di masa pandemi ini tidak ada alasan tidak memberikan penambahan gizi,” lanjutnya.(Ari)